Dilema Ketahanan Bangunan Perumahan Babel

Badan Pusat Statistik (BPS) mengklasifikasikan penggunaan atap asbes termasuk ke dalam hunian tidak layak. Sejak tahun 2019, untuk mengklasifikasikan hunian/rumah layak huni BPS mengadopsi dari United Nation. Dari 4 klasifikasi, ketahanan bangunan jadi salah satu syarat hunian/rumah layak huni. ketahanan bangunan (durable housing) artinya atap terluas berupa beton/ genteng/ seng/ kayu/ sirap; kemudian dinding terluas berupa tembok/ plesteran anyaman bambu/kawat, kayu/papan dan batang kayu; dan lantai terluas berupa marmer/granit/keramik dan sejenisnya. Lebih dalam lagi, jika salah satu indikator pembentuk tersebut nilainya rendah maka kriteria ketahanan bangunan yang terbentuk akan rendah juga. Oleh karena itu penggunaan asbes sebagai atap rumah tidak masuk dalam prasyarat ketahanan bangunan untuk rumah layak huni. Continue reading →

Nganggung Jadi Obat Ketimpangan Babel

Badan Pusat Statistik Provinsi Kepualuan Bangka Belitung (read : BPS Babel) melakukan rilis Berita Resmi Statistik dengan topik Profil Kemiskinan dan Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Senin, 16 Januari 2023. Dari rilis tersebut diketahui bahwa Gini Ratio penduduk Babel pada September 2022 sebesar 0.255. Menurut Tatsumi Oshima (1976), koefisien Gini Ratio dibawah 0,3 merupakan kategori ketimpangan rendah. Artinya ketimpangan pengeluaran penduduk Babel cukup rendah yang mengindikasikan distribusi pengeluaran masyarakat yang merata dan itu baik. Jika dibandingkan dengan Gini Ratio se-Sumatera, Babel memiliki Gini Ratio paling rendah, bahkan secara nasional Gini Ratio Babel merupakan gini ratio terendah. Dengan kata lain Babel adalah daerah dengan kondisi distribusi pengeluaran terbaik di Indonesia. Continue reading →