Ekonomi Indonesia sudah membaik, bahkan meroket di angka prediksi optimis. Seolah bangkit dari mati suri, pola prekonomian Indoensia saat ini mulai ke arah sebelum pandemi. Pada tanggal 9 Mei 2022, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia, Margo Yuwono menyebutkan bahwa secara y-on-y laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,01 persen. Angka ini tidak jauh dari prediksi Sri Mulyani dengan optimisme laju petumbuhan hingga 5,2 persen pada 14 April kemarin. Benarkah kondisi ini indikasi kita sudah keluar dari masa pandemi ?, atau bisakah kita melambaikan tangan tanda perpisahan kepada virus Covid-19 dan masuk fase endemi ?
Optimis yakin bahwa Indonesia berada dalam fase endemi adalah keharusan. Merujuk pada angka pertumbuhan ekonomi secara y-on-y, laju pertumbuhan triwulan I 2022 layaknya performa pada tahun 2019 silam. Pada tahun tersebut pertumbuhan ekonomi triwulan I mencapai 5,06 pesen. Barulah pada 2020 dan 2021, ekonomi Indonesia terhempas oleh badai Covid-19. Tercatat masing-masing hanya tumbuh 2,97 persen di tahun 2020 dan di tahun berikutnya justru terkontraksi sedalam 0,70 persen.
Kabar perihal titik balik pandemi menjadi endemi sebelumnya telah digaungkan oleh Menko PMK RI Muhadjir Effendy. Beliau melontarkan komentar bahwa momen lebaran merupakan masa transisi dari pandemi menuju endemi karena terbukanya sejumlah fasilitas umum. Dengan terbukanya fasilitas umum ini menjadi katalis percepatan masa transisi. Namun demikian jika ditarik mundur ke belakang lagi, bukan momen lebaran yang menjadi titik balik semua ini. Tidak percayakah Anda semua, bahwa GP Mandalika adalah titik balik Indonesia mulai baik-baik saja dari segala aspek.
Mari mundur ke belakang, tepatnya pada periode Januari-Februari 2022. Pada periode tersebut Indonesia sudah ketar-ketir akan gelombang Omicron. Belajar dari pengalaman menghadapi gelombang Delta, pemerintah mengklaim bahwa infrastruktur kesehatan siap sedia dan ketersediaan kamar aman terkendali. Terbukti, walaupun Omicron meledak pada pertengahan Februari tepatnya tanggal 15, tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit secara nasional masih dikisaran 33,41 persen. Angka ini menunjukkan sebuah fenomena bahwa masyarakat Indonesia yang terpapar varian Omicron tak sampai harus masuk ke rumah sakit walaupun dari sisi jumlah masyarakat yang terpapar cukup tinggi. Menariknya di saat seperti ini, Indonesia masih yakin bahwa perhelatan akbar Internasioanl tidak akan mundur salah satunya Pertamina Grand Prix of Indonesia atau yang akrab disapa MotoGP Mandalika. Event Internasional ini masih digelar sesuai jadwal yakni pada 20 maret 2022. Proses penyelesaian akhir sirkuit tidak ada yang ditunda, justru dipercepat guna menyambut kedatangan para pembalap, kru hingga penonton setia MotoGP. Padahal pada momen ini, baik yang telah menerima dosis vaksin lengkap maupun baru sekali masih harus melakukan tes antigen sebelum berpergian melalui tranptosi udara. Mirisnya lagi, anak-anak yang belum layak mendapatkan dosis vaksin, harus bersedia melakukan PCR sebelum dinyatakan layak berpergian.
Masuk ke awal Maret, kasus Covid-19 masih tergolong mengkhawatirkan. Namun menariknya bagaikan gerimis di tengah kemarau panjang, pada 8 Maret 2022 terbitlah Surat Edaran Nomor 21 Tahun 2022 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang Dalam Negeri Dengan Transportasi Udara Pada Masa Pandemi Covid-19. Dalam surat edaran itu, peraturan penerbangan berubah 180 derajat. Yang sudah vaksin lengkap tak perlu antigen atau PCR lagi, dan anak-anak di bawah 6 tahun bisa berpergian dengan leluasa dengan disertai pendamping. Muncul banyak teori konspirasi ramai di jagad maya perihal latar belakang kebijakan ini diambil. Salah satu yang paling santer terdengar adalah masih minimnya animo penonton GP Mandalika. Dengan perhitungan yang matang, pada akhirnya Indonesia memperoleh hasil manis dari kebijakan ini. Mobilitas masyarakat meningkat, masyarakat terpapar Covid-19 dapat terkendali, ekonomi berputar dan MotoGP Mandalika dapat dihelat dengan baik. Momen ini menjadi momen bersejarah bagi bangsa Indonesia karena masyarakat Indonesia dapat bertemu langsung dengan pembalap idola sekaliber Mark Marquez hingga Miguel Oliveira. Nama terakhir keluar sebagai juara dalam seri Mandalika dan membawa Red Bull KTM Factory Racing naik ke atas podium.
Perputaran ekonomi tidak hanya terjadi di lokasi sekitar Mandalika saja yaitu Lombok Tengah. Daerah tujuan wisata lain juga merasakan manisnya buah kebijakan yang keluar menjelang GP Mandalika digelar. Salah satunya adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (read : Babel) yang notabene berjarak sekitar 2400 kilometer dari sirkuit, merasakan dampak kebijakannya. Tentu ucapan terima kasih kepada kegiatan Mandalika kemarin dirasa tidak berlebihan.
Sektor transportasi tentu saja yang paling terdampak. Pada periode Maret 2022, penumpang angkutan udara yang berangkat naik 17,99 persen dan yang datang juga melejit ke level 38,25 persen. Dari mereka yang datang, 47,82 ribu penumpang mendarat di Bandara Depati Amir dan 19,50 ribu penumpang mendarat di Bandara H.A.A. Hanandjoeddin. Bahkan arus bongkar muat barang di pelabuhan-pelabuhan Babel juga naik hampir 50 persen dibandingkan periode sebelumnya.
Sektor pariwisata apalagi, sektor yang dibilang sebagai andalan Babel ini seolah kejatuhan durian runtuh pada Maret 2022. Tamu asing yang berkunjung ke hotel bintang naik 3 kali lipat dibandingkan Februari 2022. Tingkat penghunian kamar hotel juga melejit dari sebelumnya hanya 25,90 persen menjadi 34,12 persen. Total tamu yang menignap juga naik 38,19 persen dari semula 26.509 pengunjung pada Februari menjadi 36.632 pada bulan berikutnya.
Terakhir pangkal dari semua kebijakan dan momen ini adalah tumbuhnya perekonomian Babel ke arah yang optimis. Diduga sempat lesu di awal tahun karena gelombang Omicron, pariwisata macet dan fenomena kelangkaan bahan pokok, ekonomi Babel ditutup dengan pertumbuhan yang baik pada Triwulan I 2022. Tercatat pertumbuhan y-on-y mencapai 3,26 persen dengan produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku mencapai 22,80 Triliun rupiah. Posisi ini jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020 dan 2021.
Dengan indikasi-indikasi ini, apakah Anda sudah mulai percaya bahwa saat ini Indonesia mulai masuk ke fase endemi ?. Percaya atau tidak, tetap mendukung segala program pemerintah dengan akal sehat menjadi kunci agar semua berjalan baik-baik saja untuk sementara ini. Dengan mendukung program pemerintah yang tentunya telah diperhitungkan secara matang-matang oleh pengambil kebijakan , sudah menjadi bukti sebagai warga negara yang baik. Yuk bersama bertransisi ke fase endemi bersama-sama, jangan sampai ada yang ketinggalan.
Statistisi Ahli Muda
BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung