Sistem kesehatan Indonesia mengalami krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya ketika negara ini terus terhuyung-huyung di bawah dampak COVID-19. Rumah sakit berjuang karena kekurangan sumber daya esensial seperti oksigen, obat-obatan, dan staf medis yang secara langsung berdampak pada akses layanan kesehatan dan kehidupan pasien. Pada titik ini semua aspek kehidupan berjibaku untuk tetap bertahan walau pandemi menghadang.
Negara ini menyaksikan kematian yang tak terhitung jumlahnya dan beban ekonomi terus meningkat. Pada pertengahan September 2021, kasus meninggal karena Covid 19 terhitung menyentuh angka 140 ribu kematian. Angka ini tentu masih underestimate karena dalam sebuah pemodelan yang dilansir dalam The Economist, angka kematian akibat Covid-19 bisa mencapai 1,1 juta orang per bulan September ini. Artinya ada kemungkinan angka kematian Covid-19 di tanah air 500 persen lebih tinggi dari data resmi. Sementara dari sisi ekonomi, akhir tahun lalu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kerugian ekonomi tahun 2020 akibat pandemi covid-19 ditaksir mencapai Rp 1.356 triliun. Angka yang cukup besar karena jumlah ini setara dengan 8,8 persen dari PDB Indonesia. Multiplier effect terhadap sektor-sektor yang lain tentu saja berdampak cukup masif tetapi tentu saja sektor ekonomi dan kesehatan menjadi sektor yang paling terjun bebas.
Sektor kesehatan Indonesia membutuhkan dorongan digital. Pandemi mengekspos infrastruktur kesehatan dan medis Indonesia yang telah menjadi borok selama bertahun-tahun. Di negara berpenduduk 270 juta jiwa berdasarkan data BPS pada 2020, sekitar 75 persen infrastruktur kesehatan difokuskan di daerah perkotaan, membuat fasilitas dasar tidak dapat diakses ke daerah pedesaan. Hal ini dapat dilihat dari jomplangnua jumlah klaim BPJS antara daerah perkotaan dan pedesaan.
Di sinilah Big Data dapat memainkan peran penting. Big Data dapat menjembatani kesenjangan antara akses kesehatan dan keterjangkauan di seluruh negeri. Reformasi total dalam sektor kesehatan yang bertumpu pada Big Data telah lama tertunda dan pandemi menjadi waktu yang tepat untuk melakukan perubahan ini. Sebut saja aplikasi eHac Indonesia, Mobile JKN hingga PeduliLindungi. Salah satu dari ketiga aplikasi ini setidaknya sudah mulai terinstal di seluruh smartphone masyarakat Indonesia. Bagi mereka yang mobilitasnya tinggi, Ehac sudah pasti sangat berguna dalam mengecek jejak riwayat perjalanan. Bagi mereka yang butuh berobat dan mengakses BPJS, Mobile JKN sangat berguna untuk mengecek fasilitas kesehatan yang memadai di sekitar kita. Belum lagi promosi tiada henti perihal vaksinasi dalam mencegah Covid-19, PeduliLindungi syarat wajib yang harus terinstal untuk mengakses sertifikat vaksin dan data kesehatan lainnya. Peran Big Data yang terjaring dalam ketiga aplikasi ini saja dapat berguna sekali dalam menentukan arah kebijakan pembangunan kesehatan Indonesia.
Sekarang saatnya kesehatan digital memimpin. Layanan kesehatan sudah bergeser dari klinik ke ponsel. Kita telah melihat bagaimana para dokter dan pasien beralih ke telekonsultasi. Hampir di setiap iklan pada Youtube hingga surat kabar online, munculnya pop-up apotek dan konsultasi online dengan para dokter. Penerapan Big Data untuk menyusun informasi pasien telah menjadi wajah baru pelayanan kesehatan masa kini. Selain itu, dorongan yang dipimpin pemerintah kepada penyedia layanan kesehatan untuk go digital ditambah dengan faktor-faktor lain seperti meningkatnya kasus penyakit baru, penerapan gaya hidup sehat dan peningkatan aliran investasi dari investor swasta membentuk masa depan perawatan kesehatan yagn jauh lebih baik dari sebelumnya. Lihat saja postur APBN pada tahun 2020 kemarin telah mengalokasikan 6,2 persen dari total belanja negara untuk anggaran kesehatan. Jika dirupiahkan ini mencapai Rp 169,7 triliun. Bombastis.
Big Data as Game Changer
Selama bertahun-tahun, dasar dari sebagian besar penelitian dan inovasi medis adalah pengumpulan dan analisis data untuk memahami siapa yang sakit, bagaimana mereka sakit, dan mengapa. Namun sekarang, dengan adanya sensor di setiap smartphone dan dokter yang dapat berbagi informasi lintas disiplin ilmu, kuantitas dan kualitas data yang tersedia lebih besar dari sebelumnya. Big Data akan menjadi katalis dalam memunculkan terobosan.
Di Indonesia, Big Data telah memungkinkan para ahli untuk melakukan penelitian medis skala besar, mengurangi biaya operasional dan mengantarkan bangsa untuk mencegah pandemi di masa depan. Big Data telah terbukti menjadi salah satu berkah terbesar bagi industri perawatan kesehatan Indonesia. Beberapa rumah sakit, perusahaan farmasi, Research & Development Centre memanfaatkan teknologi Big Data untuk memfasilitasi perawatan terbaik bagi pasien. Penggabungan Big Data dan Artrificial Inteligence dapat mendiagnosis risiko masa depan yang mungkin dialami pasien dan membantu praktisi medis untuk mengambil tindakan pencegahan sebelumnya.
Data tentang orang yang kebal terhadap virus dan telah divaksin juga terbukti bermanfaat di masa depan. Sangat penting untuk menelusuri riwayat dan menganalisis kematian komorbiditas covid dalam situasi saat ini, yang dapat membantu para peneliti mengembangkan alat dan pilihan pengobatan untuk orang dengan risiko kematian lebih tinggi. Apliaksi PeduliLindungi terbukti bermanfaat untuk manajemen inventaris dalam bidang ini. Data real-time tentang tempat tidur rumah sakit yang kosong, konsentrator oksigen, obat-obatan, jumlah pasien, dll., dapat berperan dalam menciptakan informasi yang akurat bagi pasien, rumah sakit, dan pemerintah dalam situasi kritis.
Kekhawatiran tentang privasi pasien dan pencurian data telah membayangi selama beberapa tahun terakhir. Terakhir isu terkait bocornya NIK presiden Jokowi melalui sertifikat vaksin merupakan bukti kekhawatiran ini. Namun demikian alat canggih untuk manajemen data yang memiliki elemen keamanan siber membuat aplikasi big data semakin lengkap.
Teknologi apa pun yang memiliki potensi besar akan bernilai kecil jika potensi tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal. Jika solusi perawatan kesehatan digunakan secara memadai, Big Data dapat mengidentifikasi puluhan ribu teks dan numerik menjadi informasi yang berarti guna membantu sistem dalam merencanakan dan mencegah potensi ancaman di masa pandemi.
Sistem perawatan kesehatan Indonesia perlu proaktif dan preventif daripada akut dan reaktif. Big Data selayaknya menjadi kartu As menuju masa depan digital. Negara membutuhkan sistem dimana setiap pasien memiliki catatan digital mereka sendiri, yang mencakup demografi, riwayat kesehatan, alergi, hasil tes laboratorium, dll. Catatan ini dapat dibagikan melalui sistem informasi yang aman dan tersedia untuk penyedia baik dari sektor publik maupun swasta. Basis data perawatan kesehatan terpadu ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia membuat catatan dapat diakses pada kondisi krisis. Akhirnya pemanfaatan Big Data dalam menyediakan data berkualitas telah dimulai dan ini dapat berlaku di sektor mana saja, bukan hanya perihal kesehatan saja. Tentu saja engan upaya bersama dari semua pemangku kepentingan dapat membantu mengatasi badai ini dan membangun kembali sektor-sektor yang telah terjun bebas semasa pandemi. Big Data Siap, Indonesia Maju.

s.bps.go.id/coretanadis