Hening, rumit dan membosankan itulah pandangan orang perihal permainan catur. Olahraga asah otak atau yang dikenal dengan angkat kuda ini tiba-tiba jadi booming akibat ulah si Dewa Kipas. Masih hangat di lini masa yakni artikel seputar pak Dadang alias si Dewa Kipas. Banyak berpikir dewa kipas merupakan julukan untuk cabang silat atau bela diri lainnya, tetapi siapa disangka ternyata pak Dadang merupakan pemain catur bukan yang amatir tetapi bukan di level dewa juga. Bagai sebuah keajaiban, salah satu pecatur terbaik di negeri Grand Master Irene mau bertanding dengannya pecatur dengan level yang jauh berbeda, non-gelar tetapi bukan kaleng-kaleng yakni si Dewa Kipas.
Api jauh dari panggang, begitu juga tak ada yang spesial terjadi saat pertandingan Dewa Kipas melawan Grand Master secara teknik permainan catur. Namun dalam hal lain di luar catur itu, keajaiban memang terjadi. Semua mata terpaksa berdecak kagum bahwa dunia maya memang memiliki magis berdasarkan fenomena pertandingan catur beda kasta ini ini. Sungguh tak terbayangkan, masyarakat dunia maya sontak menjadi penggila catur dadakan dan terbangunnya masyarakat pecatur dari “tidurnya”.
Dewa Kipas membuat kericuhan di dunia maya, tetapi justru menjadi berkah bagi semua pihak. Semula, Dewa Kipas berseteru dengan pemilik game catur online terkenal chess.com bernama Levy Rozman. Ia juga bergelar Master Internasional. Bersama stafnya, Levy mencoba menganalisis pola permainan si Dewa Kipas. Bagaimana bisa dalam tempo singkat ia telah mengantongi nilai permainan setara dengan Elo Rating 2000-an. Sungguh ajaib, karena ini berarti setingkat Grand Master. Dari hasil analisis pola permainan Dewa Kipas, tingkat akurasi dari akun ini nyaris sempurna bak seorang Grand Master tingkat dunia, tim pengelola game tersebut menyimpulkan bahwa akun Dewa Kipas telah melakukan kecurangan . Kecurangan ini diduga menggunakan mesin dan akhirnya akun Dewa Kipas diblokir.
Pemblokiran akun Dewa Kipas membuat pak Dadang merasa galau karena dia tidak bisa mengisi waktu senggangnya dengan bermain catur online lagi. Pemblokiran inipun diceritakan kepada anaknya, yang kemudian mencoba mencari tahu dengan menghubungi pemilik game online tersebut, meminta klarifikasi. Jawaban pemilik game menyatakan kecurigaan bahwa sang ayah melakukan kecurangan karena perolehan level yang tidak wajar. Hal ini sontak saja menimbulkan kegaduhan di jagat maya. Anak Pak Dadang mengungkapkan cerita Dewa Kipas dalam akun Facebooknya.
Masyarakat dunia maya atau netizen Indonesia, entah paham atau tidak permasalahannya, segera mencari dan menyerang secara barbar akun pemilik game online tersebut atas nama memprotes ketidakadilan. Ada yang sopan, ada pula yang membabi buta memprotes ketidakadilan yang mereka rasa benar. Lampiasan kekesalan warganet ini membuat kewalahan si pemilik game catur online, meskipun telah dengan sabar mencoba menjelaskan akar permasalahannya.
Trending topik tentang catur inipun semakin membahana di dunia maya, bersamaan dengan makin sulitnya mencari tahu akar permasalahan agar dapat dituntaskan. Beragam pendapat berseliweran di sana-sini. Akan tetapi dalam satu sisi, trending topik seperti ini justru menjadi peluang bisnis bagi para pembuat konten YouTube, tak terkecuali The Father of Youtube, Om Deddy Corbuzier.
Deddy Corbuzier mengundang Dewa Kipas bersama anaknya sebagai tamu dalam podcast-nya. Deddy bahkan juga mengundang Levy Rozman. Singkat cerita, Dewa Kipas bahkan bisa bertanding dengan seorang Grand Master catur wanita kebanggaan Indonesia, GM Irene Sukandar. Pertandingannya pun ditonton secara daring oleh jutaan mata. Bahkan, seandainya tidak dalam kondisi pandemi Covid-19 saya yakin pertandingan ini akan mengundang para penonton membludak memenuhi stadion GBK. Tak masalah walau berbayar sekalipun. Secara permainan tentu sang Grand Master menang telak, tapi secara global semua diuntungkan khususnya dunia catur Indonesia yang sempat mati suri.
Netizen barbar, itulah julukan netizen +62 alias warga dunia maya Indonesia hingga kancah Internasional. “Harum” namanya bukan bukan julukan biasa, tetapi sudah diakui dunia. Lihat hasil studi yang dirilis Microsoft dalam laporan Digital Civility Index belum lama ini. Riset Microsoft ini, mengukur tingkat kesopanan pengguna internet sepanjang 2020. Hasilnya, Indonesia berada di urutan ke-29 dari 32 negara yang menjadi unit observasi. Dengan hasil tersebut, Indonesia menjadi negara dengan tingkat kesopanan yang paling rendah se-Asia Tenggara. Di atas Indonesia, bertengger Vietnam pada peringkat ke-24. Sementara “Si Gajah Putih” Thailand menempati peringkat ke-19 dan Filipina berada di peringkat ke-13. Lebih miris lagi setelah mengetahui negara yang menjadi tetangga terdekat kita yakni Singapura dan Malaysia disebut sebagai negara teladan di Asia Tenggara dengan masing masing berada pada peringkat ke-4 dan ke-2.
Bagai disambar petir, netizen Indonesia tentu tidak terima akan hasil studi tersebut. Bukan hanya tidak terima karena dicap jelek, lebih nyeseknya lagi karena negara tetangga justru di puji-puji. Darah mendidih bak terbakar amarah, jempol netizen Indonesia mulai bermain dan cuitan mulai dilancarkan ke akun Microsoft yang mulai tersadar akan dampak dari studi tersebut. Mau tidak mau, akun Microsoft sempat menonaktifkan fitur komentar untuk sementara waktu. Entah antara miris atau lucu, namun yang pasti ini bisa jadi bentuk sila ke-3, yakni Persatuan Indonesia di dunia maya.
Orang yang aktif di di dunia maya tentu saja saudara muda kita generasi Z. Generasi ini lahir mulai tahun 1997 atau 2012, sekitaran jenjang sekolah SD-SMP kurang lebih. Tentu saja di kala pandemi generasi ini memang menjadi lebih aktif di dunia maya karena lewat gadget mereka, pendidikan masih dapat diperoleh. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk Indonesia pada 2020 didominasi oleh Generasi Z. Jumlahnya mencapai 75,49 juta jiwa atau 27,94 persen dari total penduduk RI yang berjumlah 270,20 juta jiwa berdasarkan sensus penduduk September 2020. Bayangkan saja satu geng anak satu sekolah menyerbu sudah cukup mengerikan, apabila harus berhadapan dengan satu Indonesia yang bisa berkumpul di dunia maya tanpa batas wilayah dan waktu. Serem euy. Tapi siapa disangka kekompakan akan kebarbaran ini tel mengangkat banyak generasi bangsa dan berbagai aspek kehidupan Indonesia salah satunya permainan catur.
Pecah, heboh, dan sadis itulah netizen Indonesia di dunia maya yang memang selalu seru untuk diikuti ceritanya. Ada saja ulah mereka, tapi ada juga rasa kebanggaan tersendiri melihat kekompakan ini. Jiwa nasionalisme, rasa solidaritas begitu kentara di jagat dunia maya antar sesame bangsa. Semoga ini juga tertular di kehidupan nyata, untuk turut membantu satu dengan yang lainnya di kala keterpurukan. Cukup barbarkah anda ? bisa jadi, karena anda warga Indoneisa. Salam skakmat, ayo caturan lagi !
Statistisi Ahli Muda
BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung