Sempat dirundung duka, ekonomi Indonesia mulai berbenah. Ketakutan ambruknya ekonomi Indonesia semakin menjadi-jadi saat kuartal III 2020 kemarin Indonesia resmi dinyatakan resesi. Berjalan satu kuartal kemudian, pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2020 menunjukkan berlanjutnya proses perbaikan perekonomian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), meskipun mengalami kontraksi, pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2020 sebesar -2,19% (yoy) membaik dari pertumbuhan kuartal III 2020 sebesar-3,49% (yoy). Jika diteropong lebih jauh ke perekonomian Babel sendiri, tentu setali tiga uang dengan kondisi nasional. Tengok saja di sektor pariwisata yang digambarkan dengan arus kedatangan tamu hotel. Awal tahun 2021 kemairn, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Babel naik 0,37 poin dibandingkan Desember 2020 menjadi 28,79 persen. Artinya pariwisata mulai belajar berjalan kembali karena arus tamu ke Babel mulai deras. Harapan terbesar tentu ekonomi regional dan nasional kembali bergairah seperti sedia kala.
Melihat jauh ke depan nampaknya pertumbuhan ekonomi akan bergantung dari penanganan pandemi, salah satunya melalui program vaksinasi Covid-19. Program vaksinasi diharapkan menekan penularan Covid-19 dan mengembalikan kepercayaan masyarakat untuk melakukan kegiatan perekonomian. Sri Mulyani menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi tahun ini masih ditopang oleh APBN yang difokuskan untuk melanjutkan penanganan Covid-19 dan memperkuat pemulihan ekonomi. Untuk kebutuhan tersebut, pemerintah mempersiapkan dana sebesar Rp688,33 triliun, atau naik signifikan dari rencana awal yakni Rp 372,3 triliun. Dengan kata lain, Covid-19 seolah rintangan perjalanan. Jika tidak ada lubang menghadang, ekonomi bisa maju jalan, namun jika ada lubang, apalagi yang besar mau tidak mau ekonomi harus berhenti bahkan putar haluan.
Bangsa ini tentu tidak berharap akan terus terpuruk dan selalu mengecek ombak saat akan memulai sebuah pemulihan ekonomi. Indonesia tidak hanya harus keluar dari krisis Covid-19 tetapi juga keluar secara lebih cepat dan menjadi negara lebih kuat. Tidak banyak negara di dunia yang bisa memanfaatkan krisis sebagai batu loncatan untuk menjadi negara yang berbeda pasca krisis. Boleh percaya atau tidak, faktanya pertumbuhan ekonomi dunia yang secara simultan begitu terkontraksi ini adalah yang terberat semenjak perang dunia ke II atau yang lebih dikenal dengan Era Great Depression tahun 1930. Sempat berharap pada akhir kuartal III dan IV perekonomian Indonesia akan baik-baik saja atau minimal tumbuh 0 persen saja ternyata tak kunjung jua. Kontraksi terus dialami, semua dipaksa untuk berubah. Bertahan secara finansial di era seperti ini menjadi kunci penting keberlangsungan hidup di masa yang akan datang. Namun tak hanya finansial, perubahan telah dirasakan menyeluruh ke semua aspek kehidupan.
Pandemi sedikit banyak telah mengubah kehidupan manusia. Pekerjaan, pendidikan, dan banyak hal lain yang dulunya harus dilakukan di luar rumah, kini lebih banyak dilakukan di rumah. Tak mengherankan jika kemudian banyak orang merasakan jenuh dan bosan. Mau tidak mau setiap manusia harus bisa bersikap mandiri saat ini. Mandiri dari ketergantungan yang berlebihan kepada orang lain, mandiri secara berpikir dan mengambil tindakan di saat krisis.
Pelaku usaha menjadi individu yang paling banyak harus berubah dan mandiri. Mereka tidak bisa hanya sekedar berdiam diri menanti kucuran dana pemerintah untuk terus bertahan hidup. Banyak proses yang semula offline, dipaksa menjadi online. Banyak yang harus memotong anggaran dan biaya operasional. Terkhusus wilayah Babel sendiri, 30.13 persen dari total pelaku usaha yang terjaring dalam survey dampak pandemi oleh BPS menyatakan bahwa mengurangi beban operasional (listrik, air, telepon, gas, dsb) merupakan upaya yang paling banyak dilakukan oleh perilaku usaha penyediaan akomodasi dan makan minum dalam menghadapi pandemi Covid-19. Survey di awal tahun 2021 ini menunjukkan bagaimana mereka begitu tertekan dan harus keluar dari zona nyaman bagaimanapun caranya. Ketika sektor usaha swasta telah banyak berbenah untuk beradaptasi, bagaimana dengan pelayanan publik dan birokrasi tanah air saat ini ?
Nampaknya setali tiga uang, bagi para abdi di birokrasi, pandemi mengajarkan untuk naik kelas lebih tinggi. Naik kelas bermakna bukan sekadar mendapatkan pangkat dan jabatan yang lebih tinggi. Namun, lebih dari itu, kehadirannya memberikan manfaat atau nilai tambah yang lebih bermakna baik bagi diri sendiri maupun masyarakat. Pelayanan publik dipaksa diperbaharui dan meminimalkan proses tatap muka. Hampir di seluruh unit pelayanan masyarakat seperti pembuatan dokumen kependudukan di Dinas Dukcapil, pengurusan perpanjang SIM di Polres, hingga pelayanan permintaan data ke Badan Pusat Statistik semua telah dilakukan secara online. Pada akhirnya tinggal bagaimana masyarakat harus mandiri dan berperan aktif untuk mengurus keperluannya sendiri. Jika tidak mandiri di kala pandemi, semua urusan akan tersendat-sendat.
Inovasi birokrasi juga perlahan mulai berubah terutama dalam hal pelayanan dan pengumpulan data. Lihat saja bagaimana tahun lalu seluruh lini masa diajak untuk mengisi data kependudukannya secara online lewat link sensus.bps.go.id . Setelah terbilang sukses dengan program e-sensus pertamanya, BPS mengeluarkan inovasi pengisian data mandiri untuk perusahaan perkebunan di seluruh Babel. Mulai dari perusaahaan karet hingga kelapa sawit diundang dalam program SEDAPP online (Sedia Data Perusahaan Perkebunan Online) akhir tahun kemarin. Masih dalam nuansa pengisian data mandiri, tahun 2021 ini BPS meminta keterlibatan aktif dan langsung dari seluruh pihak perhotelan untuk mengisi data Survei Statistik Jasa Akomodasi Bulanan (VHTS) secara mandiri. Tidak berhenti di situ saja, pelaku usaha yang bertransaksi via online akan mulai diminta untuk diminta datanya mandiri lewat kegiatan survey E-Commerce. Tentu saja ini baik bagi pihak perusahaan dan pihak pemerintah untuk memantau keberlangsungan kegiatan jasa akomodasi dan perdagangan. Sudah bukan rahasia lagi mereka adalah salah satu yang paling terluka karena pandemi ini. Tunggu apa lagi, mari kita jadikan momen pandemi ini sebagai batu loncatan untuk naik kelas dan upgrade diri.
Statistisi Ahli Muda
BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung