Belajar Menyeimbangkan Pengeluaran Dari Real Madrid di Saat Pandemi

Indonesia tidak bisa menghindar dari lubang resesi. Indonesia terkontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Indonesia menyusul negara-negara Asia lainnya yang masuk ke dalam lubang resesi. Kontraksi Indonesia pada kuartal III 2020 ini sedalam 3,49 persen (yoy). Angka ini memang tidak sedalam kontraksi pada kuartal II 2020 kemarin yang mencapai 5,32 persen, namun sudah cukup untuk menyandung Indonesia masuk ke dalam lubang resesi. Sudah saatnya waspada tanpa harus panik, karena ini semua masih dapat dipahami.

Segala sektor mulai dari transportasi, perdagangan, manufaktur, properti hingga industri hiburan dan olahraga mengalami dampak ekonomi yang masif dari pandemi Corona ini. Santer terdengar raksasa sepakbola Eropa seperti Real Madrid saja tahun ini tidak membeli satu pemain pun pada bursa transfer musim panas kemarin.  Padahal The Los Blancos julukan Real Madrid dapat dikatakan sebagai klub sepakola terbesar dan terkaya di planet ini. Berkali-kali mereka melakukan pembelian pemain di luar nalar seperti saat transfer Zinadine Zidane, Criatiano Ronaldo hingga Gareth Bale. Budgetnya juga bukan main, hingga triliuanan rupiah digelontorkan hanya untuk membeli satu pemain guna menendang bola.

Real Madrid yang terkenal sebagai tim yang boros, mau tidak mau harus beradaptasi karena pandemi ini. Emilio Butragueno, Direktur Relasi Publik Real Madrid, mengungkapkan bahwa mereka harus merubah gaya pembelian pemain di bursa transfer. Pandemi ini telah menutup beberapa jalur pendapatan klub seperti stadium tour, penjualan tiket penonton dan pariwisata. Real Madrid juga menunda beberapa pengeluaran yang dibutuhkan seperti renovasi Santiago Bernabeu. Industri sepakbola mau tidak mau harus menyesuaikan dengan situasi yang penuh dengan ketidakpastian ini. Seluruh pelaku industri termasuk sepakbola sekalipun harus kreatif dan mudah beradaptasi. Pelaku bisnis di dunia hiburan seperti olahraga saja harus berpikir dua kali untuk melakukan belanja di periode pandemi. Tentu saja hal ini dilakukan agar terhindar dari pailit akibat krisis berkepanjangan.

Segudang prestasi dan sejarah di masa lalu, tidak menjamin kesejahteraan di masa sekarang. Itu pelajaran yang dapat diambil dari Real Madrid yang bahkan telah berumur 118 tahun, guna percepatan pemulihan ekonomi dalam skala nasional. Beruntungnya Real Madrid sudah mengetahui bahwa neraca keuangan yang bertumpu pada pariwisata pada saat seperti ini sangat kurang menguntungkan. Indonesia perlu belajar juga bahwa mengandalakan pemasukan dari investasi luar, tanpa dibarengi dengan prestasi produk lokal hanya akan menjadi omong kosong. Potensi dalam negeri harus dikembangkan semaksimal mungkin guna meningkatkan produksi, dengan menekan berbagai kebutuhan tersier yang tidak perlu. Pada intinya neraca harus seimbang, pengeluaran yang harus menyesuaikan dengan pendapatan. Jika hal tersebut dapat diterapkan, maka neraca keuangan Indonesia akan stabil walaupun resesi ekonomi melanda.

Kekhawatiran terbesar dari konstraksi ekonomi yang berkepanjangan adalah turunnya kualitas kehidupan manusia. Menurut Mohammad & Abdul (2013), Produk Domestik Bruto dan Pajak Pendapatan yang terkontraksi akibat krisis ekonomi tahun 2008 berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia dalam jangka panjang maupun jangka pendek.  Ekonomi yang tidak stabil dalam waktu yang cukup lama akan merubah pola hidup yang telah ada. Banyak dari mereka akan menurunkan kualitas gizi dari makanan yang biasa dimakan, enggan berobat demi menjaga kesehatan hingga menunda pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Penurunan kualitas ini justru akan berdampak buruk pada perekonomian di masa yang jauh lebih panjang ke depannya. Kualitas manusia merupakan modal dasar bagi suatu negara untuk bersaing meningkatkan produksi dan nilai tambahnya dengan negara lain. Tentu krisis ini tidak kita harapkan terjadi di periode pandemi seperti sekarang.

Akhirnya, resesi merupakan istilah teknis dari suatu keadaan dimana ekonomi mengalami perlambatan pertumbuhan. Tidak perlu terlalu paranoid karena resesi bukan berarti akhir dari dunia. Pelan tapi pasti perbaikan ekonomi domestik mulai menunjukkan harapan. Jika boleh adil, sebenarnya stimulus pemerintah ke masyarakat telah meningkatkan PDRB pada periode Juli-September naik 5,05 persen daripada periode April-Juni kemarin. Artinya jika ritme ini terus dipertahankan, proses pemulihan neraca keuangan akan terus membaik. Tentu saja semua berharap Tuhan masih memberikan jalan kepada bangsa Indonesia untuk keluar dari resesi yang berkepanjangan. Mari bersama bergotong royong membangun kembali kehidupan berbangsa yang tentram dengan tidak menambah keributan internal. Real Madrid saja rela melepas Gareth Bale ke Spurs demi menyeimbangkan pengeluaran, apalagi kita yang harus siap merelakan apa saja demi terus bertahan hidup. Pandemi hanya sesaat, tetapi mimpi dan harapan kita jangan sampai padam. Seimbangkan isi dompet dan bersama kita berdamai dengan Si Corona.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *