Membangun dapat diartikan sebagai suatu proses membuat yang belum ada menjadi ada ataupun dapat diartikan sebagai membuat sesuatu menjadi lebih baik. Membangun tidak dimonopoli dalam hal materi atau fisik saja (misal membangun gedung, jembatan, jalan dsb) tetapi membangun juga dapat diaplikasikan dalam hal imateri ataupun non fisik (misal pembangunan sumber daya manusia). Untuk mendapatkan suatu hasil yang maksimal dalam membangun maka harus jelas apa yang menjadi landasan dan tujuan akhir yang akan dicapai.
Data menurut wikipedia dapat diartikan sebagai catatan atas kumpulan fakta. Catatan atau fakta ini dapat berupa catatan ataupun angka-angka. Sementara statistik didefinisikan sebagai bilangan atau konstanta yang diperoleh melalui perhitungan matematis dan perhitungan itu dilakukan terhadap seluruh unit observasi yang ada dalam sampel dengan metoda statistik. Sehingga data statistik dapat disimpulkan sebagai catatan atau angka yang diperoleh melalui proses penghitungan dengan metode statistik.
Data statistik diperoleh melalui kegiatan survei (pengambilan sampel). Hal ini dilakukan manakala tidak memungkinkan kita mengobservasi seluruh unit populasi yang ada. Contoh mudahnya adalah saat kita membuat sayur asem lalu mencicipi satu sendok untuk memastikan sudah sesuai belum rasanya maka dapat kita katakan satu sendok itu adalah sampel dan satu panci adalah populasi. Hasil kesimpulannya itulah statistik.
Data statistik dapat diibaratkan sebagai panel indikator dalam sebuah mobil. Di depan pengemudi terdapat beberapa panel antara lain spidometer yang dapat memberikan petunjuk tentang kecepatan dan jarak tempuh, ada indikator bensin yang memberikan informasi ketersediaan bensin, rpm yang memberikan informasi berapa besar putaran mesin dan lain sebagainya. Statistik bila digunakan secara tepat dengan metodologi yang sesuai dan analisis yang tajam akan dapat menghasilkan informasi yang akurat.
Sebagai gambaran adalah indikator bensin di dashboard mobil menunjukkan kemampuan melaju kendaraan dengan jumlah bahan bakar yang tersedia. Dengan demikian kita dapat mengetahui sisa bahan bakar yang tersedia dalam tangki mobil dan memperkirakan jarak tempuh yang bisa dicapai. Hal tersebut tentunya kita juga harus tahu informasi spesifikasi kemampuan jarak tempuh normal kendaraan dengan satu liter bensin. Dengan data statistik yang baik maka kita akan mendapatkan gambaran tentang kondisi suatu wilayah secara baik dan akan mempermudah dalam membuat perencanaan ke depan.
Motto bahwa data itu mahal namun lebih mahal membangun tanpa data adalah tidak berlebihan. Bila materi sudah ada tetapi data atau informasi tidak tersedia maka pembangunan menjadi tidak efesien dan efektif. Sebagai contoh adalah dalam membangun gedung sekolah, untuk menjadikan gedung sekolah yang benar-benar efektif dalam suatu wilayah maka perlu data tentang penduduk sesuai usia sekolah, kondisi sosial ekonomi , budaya dan lainnya sehingga saat gedung tersebut telah dibangun dapat digunakan secara maksimal.
Kita sudah banyak melihat bahwa pada era dahulu data ABS ( Asal Bapak Senang ) telah banyak memberikan dampak penyimpangan kebijakan yang pada akhirnya pembangunan lebih cenderung ke satu arah.
Berbeda dengan sekarang, data lebih banyak digunakan sebagai alat politis untuk mencari dukungan ataupun menjatuhkan lawan politik. Data dimunculkan tanpa memberikan pemahaman kepada publik tentang makna sebenarnya dari data tersebut. Sebagai contoh beberapa waktu lalu kita dihebohkan dengan masalah kemiskinan, beberapa versi data kemiskinan muncul ada yang besar ada yang kecil sesuai dengan keinginan mereka lalu masyarakat dibuat bingung mana yang benar? Sebenarnya permasalahan bukan pada siapa yang menjadi sumber data tetapi lebih karena adanya perbedaan konsep dan definisi saja.
Miskin bila kita hitung berdasarkan standar internasional, yaitu dilihat dari rata-rata pendapatan perkapita dalam dolar sehari maka tentunya jumlahnya akan besar sekali. Kemudian miskin dihitung dari kemampuan mengkonsumsi makanan yang dihitung dengan jumlah konsumsi kalori per hari per kapita ada pula kemiskinan yang dihitung dari segi kemampuan kondisi sarana sandang dan papan lalu data mana yang kita pakai? Mestinya pada saat kita menyajikan data tersebut kita juga menjelaskan hal tersebut sehingga tidak terjadi polemik pada publik.
Permasalahan yang kedua adalah, kita tahu bahwa data yang kita peroleh adalah merupakan cerminan masa lalu. Artinya bahwa data itu diperoleh dengan melalui proses, baru dimunculkan. Maka kita tidak bisa membandingkan data dengan kondisi real sekarang. Sebagai contoh bila data penduduk diperoleh sampai dengan akhir bulan Juni 2019 dan digunakan pada Januari 2020 maka jangan dikatakan bahwa jumlah penduduk sekarang. Kita harus menjelaskan referensi waktu saat data dikumpulkan agar tidak terjadi kesalahpahaman penafsiran. Kita tidak bisa langsung menggunakan besaran data kuantitatif sebagai suatu landasan pola berfikir tanpa menelaah dulu asal muasal angkanya.
Naiknya besaran angka yang dicapai dari suatu instansi menjadi suatu keharusan karena menyangkut dengan kinerja dari pengelolanya. Besaran angka menjadi patokan utama untuk melegitimasi bahwa kinerja mereka meningkat tanpa mempedulikan relevansi data tersebut dengan kegiatan mereka. Sebagai suatu ilustrasi adalah saat seorang pemborong mendapat order membangun rumah suatu saat ditanya sudah sampai dimana pekerjaannya, maka dengan tenang dia menjawab bahwa bangunan tinggal atap saja. Padahal asumsi atap bisa saja benar-benar tinggal genteng saja yang belum dipasang atau bisa jadi termasuk keseluruhan fungsi atap.
Untuk itu, bila kita ingin maju dalam pembangunan maka dibutuhkan kejujuran dan keberanian untuk menggunakan data yang relevan dan valid. Relevan artinya kesesuaian konsep dan definisi dengan indikator yang akan kita ukur hasilnya. Dengan dasar data yang valid dan metode statistika yang sesuai maka akan didapatkan statistik yang mampu memberikan gambaran dan dianalisis dengan akurasi yang baik. Statistik yang akurat dapat menjadikan indikator yang akan mampu memberikan gambaran dan arah pembangunan yang harus dilaksanakan sehingga pembangunan bisa dilaksanakan secara efesien, efekif dan tepat sasaran.
Kegiatan statistik bersifat DARURAT yaitu untuk mendapatkan statistik yang baik maka harus menggunakan DAsar metodologi yang sesuai, Rajin dalam membuat laporan yang berkaitan dengan rencana, pelaksanaan dan hasil suatu pekerjaan (registrasi), statistik yang dihasilkan harus mempunyai nilai URgensi dan bersifat AkunTabel. Semoga statistik Indonesia mampu memberikan cerminan keadaan Indonesia yang sebenarnya dan pada akhirnya pembangunan dapat dirasakan oleh masyarakat.
Statistisi Ahli Madya
BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung