Setiap tanggal 1-7 Agustus 2020 diperingati sebagai pekan Air Susu Ibu (ASI) Internasional atau World Breastfeeding Week (WBW). Agenda ini diperingati secara serentak diseluruh belahan di dunia. Misi dari pekan ASI Sedunia adalah memperjuangan hak anak atau bayi untuk mendapatkan kebutuhan ASI hingga berusia 24 bulan. World Health Organization (WHO) bersama American Academy of Pediatrics (AAP) menganjurkan agar bayi diberikan ASI ekslusif sejak lahir hingga 6 bulan. Hal ini berarti di usia 6 bulan pertama bayi hanya diberikan ASI saja tanpa makanan pendamping apapun. Harapan besarnya adalah mengoptimalkan kesehatan gizi dan kesehatan ibu beserta buah hati.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019 persentase bayi atau anak bawah dua tahun (Baduta) yang masih diberikan ASI sudah cukup tinggi yaitu 80,45 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dari 10 anak ada 8 anak yang masih diberikan ASI diusia tersebut. Sedangkan rata-rata lama pemberian ASI untuk Baduta hanya 10,31 bulan atau hanya 10-11 bulan.
Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kesadaran masyarakat untuk memberikan ASI kepada anaknya usia di bawah 2 tahun masih rendah, masih di bawah persentase nasional. Menurut data BPS tahun 2019, persentase bayi di bawah dua tahun (Baduta) yang masih diberi ASI hanya 63,51 persen. Rata-rata lama pemberian ASI di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini pun cukup rendah hanya 9,11 bulan atau 9-10 bulan. Untuk pemberian ASI tanpa makanan pendamping bayi dibawah 6 bulan juga cukup rendah hanya 3,52 bulan atau 3-4 bulan, masih cukup jauh untuk mencapai 6 bulan.
Rendahnya lama pemberian ASI di Provinsi Bangka Belitung salah satunya karena pemahaman masyarakat tentang pentingnya ASI masih minim. Selain itu, pengaruh lingkungan keluarga yang pemahamannya masih kurang dalam mengasuh bayi. Sehingga pada saat ibunya berhalangan dalam mengasuh sang bayi, keluarga yang tidak paham sudah memberikan makan, padahal belum waktunya.
Pemberian makanan pada bayi yang masih di bawah 6 tahun amatlah rentan. Mungkin kejadian bayi kritis karena diberi makan hingga meninggal masih belum hilang diingatan kita. Kejadian ini terjadi bahkan di ibukota Jakarta pada akhir tahun 2019, dimana bayi 40 hari sama ibunya memberi pisang hingga bayinya meninggal. Hal serupa juga pernah terjadi di Provinsi kepulauan Bangka Belitung, dimana bayi yang baru berumur 10 hari mengalami pendarahan setelah diberikan pisang.
Diharapkan kejadian-kejadian ini dapat menjadi pembelajaran bagi seluruh elemen masyarakat. Sehingga memahami akan pentingnya ASI di 6 bulan kehidupan pertama. ASI merupakan sumber nutrisi terbaik bagi bayi, khususnya 0-6 bulan. ASI merupakan perpaduan sempurna antara lemak, protein, karbohidrat, vitamin, serta mineral yang dibutuhkan oleh bayi. Berbeda dengan susu formula, nutrisi ASI lebih mudah dicerna dan diserap oleh sistem pencernaan bayi sehingga meminimalisasi terjadinya masalah dalam tubuh mungilnya.
Satu hal yang tak kalah penting, ASI juga mengandung zat-zat yang bermanfaat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi sehingga bayi tidak mudah terserang penyakit. Kandungan ASI juga diketahui efektif dalam mengurangi risiko bayi mati mendadak (SIDS), serta meningkatan kecerdasan anak.
Selain pentingnya ASI bagi bayi, Ibu juga mendapatkan dampak positif dari menyusui. Menyusui dapat mengurangi risiko ibu terkena kanker payudara, kanker ovarium, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung. Diperkirakan peningkatan menyusui dapat mencegah 20.000 kematian ibu setiap tahun akibat kanker payudara (WHO).
Pekan ASI tahun ini di tengah pandemi. Masa pandemi seharusnya tak menyurutkan semangat Ibu untuk memberikan ASI kepada sang buah hati karena ASI justru dapat melindungi bayi dari penyakit. Selain itu, WHO menyampaikan bahwa manfaat menyusui lebih tinggi dibanding resiko tertular Covid-19 sehingga para ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI kepada bayiya terutama yang tidak ada indikasi tertular Covid-19.
Organisasi dunia yang berfokus pada kesejahteraan dan Kesehatan anak-anak beserta ibunya, UNICEF memberikan panduan untuk ibu yang menyusui di tengah pandemic Covid-19 yaitu terus menyusui sambil menjaga kebersihan, terus menyusui meski ibu terkena covid-19, menggunakan cup feeder untuk memberi makan bayi dengan ASI jika terlalu sakit untuk menyusui, serta berhati-hati dalam memberi susu formula.
ASI salah satu komponen utama untuk perkembangan anak untuk itu marilah kita bersama-sama mendukung lingkungan kita untuk memudahkan ibu-ibu memenuhi hak bayinya, terutama pada masa pandemi seperti saat ini. Menyusui bukan hanya perkara pemerintah yang harus gencar menekankan pentingnya ASI, bukan hanya perkara ibu yang ingin anaknya tumbuh baik, tetapi kita kita semua untuk mendukung serta membangun insan yang lebih sehat ke depannya. Support Breastfeeding for Healthier Planet.
Statistisi Ahli Muda
BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung