Ujian Kesadaran pada Sensus Penduduk Online

Seorang kakek tua mendatangi kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Murung Raya (Kalimantan Tengah) untuk meminta diisikan data dirinya pada Sensus Penduduk 2020. Pak Mardani, begitu ia disapa, rela berjalan kaki sejauh 4 km setelah mendengar iklan Sensus Penduduk Online di radio. Ia sadar dirinya tidak memiliki hp yang canggih dan jaringan internet. Namun, ia juga tahu betul bahwa data yang akan dihasilkan dari Sensus Penduduk ini amatlah penting.

Cerita mengharukan tersebut menyentil sebagian dari kita yang memiliki kemampuan mengisi Sensus Penduduk Online tetapi masih enggan sampai dengan hari ini. Padahal, tidak sulit untuk mengisi Sensus Penduduk Online. Dengan modal gadget yang terhubung internet, masyarakat Indonesia bisa mengisi dari mana saja dan kapan saja.

Pak Mardani sebenarnya bukan target utama BPS dalam Sensus Penduduk Online. Masyarakat yang tidak bisa mengisi Sensus Penduduk Online karena keterbatasan baik fasilitas maupun akses akan didatangi Petugas Sensus pada Sensus Penduduk Wawancara bulan Juli 2020 nanti. Segmentasi masyarakat yang hendak digaet BPS pada Sensus Penduduk Online sejatinya ialah yang tidak tersentuh oleh petugas sensus seperti penduduk yang sering mobile dan sangat sibuk.

Data hasil Susenas Maret 2019 mengungkap, sebanyak 76,95 persen penduduk berumur 5 tahun ke atas di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah menggunakan telepon seluler. Sementara itu, hampir separuh dari penduduk berumur 5 tahun ke atas bisa mengakses internet atau sebesar 45,85 persen. Tentu saja sangat mungkin angka-angka tersebut mengalami peningkatan di tahun 2020 ini. Fakta ini secara tidak langsung mengindikasikan bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung siap mensukseskan Sensus Penduduk Online.

Setelah hampir separuh perjalanan dari waktu pelaksanaan Sensus Penduduk Online (15 Febuari – 31 Maret 2020), masih banyak masyarakat yang belum berpartisipasi. Memang tidak melulu karena alasan malas atau tidak peduli (faktor internal). Beragam faktor eksternal turut menjadi penyebab masyarakat masih enggan melakukan sensus.
BPS selaku penanggung jawab juga tidak tinggal diam dan berusaha memberi solusi terbaik untuk semua kendala. Selain sosialisasi, jajaran BPS di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota juga telah blusukan ke beberapa lokasi. Diantaranya yaitu dinas-dinas, sekolah menengah sederajat, dan kampus universitas. Kegiatan ini juga merupakan agenda “ngisi bareng Sensus Penduduk Online” bersama masyarakat. Segala keluhan dan hambatan terkait pengisian akan ditanggapi langsung oleh pegawai BPS. Respon masyarakat terutama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terhitung baik. Meskipun begitu, tidak semua masyarakat secara one by one bisa disentuh BPS sehingga ngisi bareng saja tidaklah cukup.
Akun resmi BPS di media sosial juga sebenarnya telah menginformasikan nomor yang bisa dihubungi (call center) untuk membantu menjawab keluhan dan pertanyaan masyarakat. Namun, gebrakan baru pelaksanaan sensus penduduk secara online ini membuat BPS merasa harus turun lapangan. Untuk kasus seperti kompleks pekerja sawit, BPS juga perlu turun langsung. Harapannya, euforia “ngisi bareng” ini akan menggaung di seluruh wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tanpa terkecuali dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengisi Sensus Penduduk Online.

Tidak ada sanksi jika masyarakat enggan mengisi Sensus Penduduk Online. Akan tetapi, hakikat kesadaran masyarakat di seluruh Indonesia justru sedang diuji kali ini.Bagaimana tidak? Untuk mengisi Sensus Penduduk, kita hanya butuh waktu tidak sampai 5 menit pada setiap anggota rumah tangga dengan asumsi tidak ada hambatan faktor eksternal. Bandingkan dengan banyaknya waktu yang kita gunakan untuk membuka media sosial seperti Facebook, WhatsApp, Instagram, atau Youtube. Satu jam sehari, dua jam, atau bahkan berjam-jam lamanya? Oleh karena itu, meluangkan waktu untuk mengisi Sensus Penduduk Online adalah pekara yang mudah.

Faktor eksternal yang bisa mempengaruhi seseorang memiliki kesadaran untuk mengisi Sensus Penduduk Online kemudian dipertanyakan. Kesiapan server pusat pada website sensus.bps.go.id juga tak luput dari sorotan. Beberapa keluhan memang mengarah pada kesulitan untuk masuk di alamat website tersebut. Pihak BPS Pusat yang berwenang berdalih sampai dengan saat ini sistem masih aman. Oleh karena itu, kendala bisa teratasi dengan beberapa kemungkinan diantaranya: pastikan koneksi internet stabil dengan jaringan LTE atau 4G; gunakan browser terupdate, seperti Chrome, Firefox, dan Safari; dan menggunakan mode private (Firefox dan Safari) atau mode incognito (Chrome). Apabila masih sulit, bisa diakali dengan meminjam gadget teman atau saudara yang sebelumnya telah berhasil mengisi.
Kendala yang terjadi menjadi masukan penting bagi BPS ke depan. Wajar mengingat ini adalah pertama kalinya Indonesia melaksanakan sensus secara online. Tak mulus memang, tapi kita sudah berbenah sesuai perkembangan jaman. Sudah banyak pula yang berhasil mengisi dari ujung Sabang sampai dengan Merauke. Dengan kata lain, semua tetap memiliki peluang untuk berhasil mengisi Sensus Penduduk Online.

Hari ini, masyarakat Indonesia tengah diuji dengan kesadaran mengisi Sensus Penduduk Online secara mandiri. Kontribusi pada negeri memang butuh sedikit usaha lebih, bukan? Termasuk salah satunya, meluangkan waktu sebentar untuk mengisi dan berusaha mencari solusi jika masalah terjadi saat Sensus Penduduk Online.

Terakhir, untuk setiap warga Indonesia yang sering mengeluh tentang apa yang negara beri; untuk kita yang selalu bertanya kenapa kebijakan ini dan itu tidak tepat sasaran; untuk kita yang hampir setiap waktu bisa mengakses internet; atau untuk kita yang sibuk dan Juli nanti sulit ditemui. Sekarang, giliran kita untuk berkontribusi pada negeri. Data Sensus Penduduk 2020 nanti adalah salah satu kunci keberhasilan pembangunan di negeri ini. Ya, Indonesia maju dari jawabmu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *