Garis kemiskinan terbaru di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dipatok pada angka Rp721.455. Dalam berita resmi statistik 15 Juli 2020, disebutkan bahwa GK Babel ini tertinggi dibanding 33 provinsi lainnya. Rata-rata Nasional hanya Rp454 ribuan. Sementara GK di Sulawesi Selatan masih Rp350 ribuan. Agaknya, harga kebutuhan dasar di Bangka Belitung belum cukup stabil. Untuk keluar dari GK, lima orang dalam satu rumahtangga butuh Rp3,7 juta per bulan.
Pengentasan kemiskinan masih jadi persoalan di Negeri ini. Pada Maret 2020 diperkirakan 68,3 ribu jiwa berada di bawah garis kemiskinan. Sederhananya, satu dari dua puluh dua orang Babel termasuk miskin. Jumlah ini mungkin bertambah karena terdampak covid-19 belakangan ini. Sedikit saja ekonomi bergejolak, cukup banyak warga yang terjatuh ke bawah garis kemiskinan.
Maka, menjaga stabilitas harga menjadi wajib di saat banyak usaha pailit. Dibanding GK tahun 2019, GK Babel tahun ini mengalami kenaikan sekitar enam persen. GK Provinsi tahun lalu tercatat sekitar Rp677 ribu. Kabupaten Belitung dan Kota Pangkalpinang perlu perhatian khusus. GK di kedua daerah ini jauh lebih tinggi dibanding GK Provinsi. Padahal komoditi kebanyakan didatangkan lewat pelabuhan dan bandara di kedua daerah ini.
Beras, rokok, dan perumahan adalah tiga besar komoditi penyumbang GK. Ketiganya memberi andil sekitar empat puluh persen. Pengalaman pada awal pandemi Covid-19, harga beras dan gula melewati harga eceran tertinggi. Meskipun sudah ada larangan untuk menimbun, gula sempat menghilang dari pasar. Ujungnya, komoditi lain ikutan naik harga. Mestinya pengalaman ini menjadi catatan penting dalam setiap pembahasan pengendalian harga.
Di sisi lain, kalau melihat sebaran komoditi penyumbang GK, warga masih perlu edukasi. Pengeluaran untuk rokok saja bisa empat kali belanja daging ayam ras. Sementara biaya pendidikan hanya 2,04 persen di perkotaan dan 1,30 persen di perdesaan. Edukasi tentang kesehatan dan pendidikan sebagai prasyarat pengentasan kemiskinan perlu disampaikan kepada warga. Sebab warga akan tetap terjerat dalam lingkaran kemiskinan kalau kesehatan dan pendidikannya buruk.
Ekonomi Makro Terpuruk
Secara makro, tingginya GK Babel kontras dengan pertumbuhan ekonomi. Anjloknya harga lada dan berbagai komoditas membuat pendapatan sebagian besar warga Babel mengalami perlambatan dan penurunan. Padahal, ekonomi Babel sudah cukup terpuruk pasca pengetatan ekspor timah. Terbukti, sejak tahun 2018, PDRB Babel per kapita terpaut di bawah 10 provinsi lainnya. Dibanding PDRB DKI dan Kaltim, PDRB per kapita Babel hanya seperempat kalinya.
Tahun 2020 ini, PDRB Babel kuartal pertama mengalami kontraksi. Kuartal kedua, perekonomian kian terpuruk. Pariwisata lumpuh, belanja pemerintah dikurangi. Kalau pertumbuhan ekonomi kontraksi, PDRB per kapita pun menurun. Selanjutnya, pengeluaran berkurang selaras dengan turunnya pendapatan. Nah, kalau harga komoditi masih naik tentu kian banyak yang jatuh miskin.
Tujuan pertama pembangunan berkelanjutan yaitu tanpa kemiskinan akan sulit dicapai kalau harga naik lebih cepat disbanding pendapatan. Maka, harga kebutuhan dasar harus dipangkas. Utamanya, harga beras yang selama ini dipantau pemerintah perlu dikendalikan. Selain soal harganya, harus dipastikan juga distribusinya. Warga di bawah garis kemiskinan wajib mendapat prioritas intervensi.
Statistisi Ahli Madya
BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung