Masih di tahun 2019 ini seluruh rakyat Indonesia merayakan pesta demokrasi dalam ajang pemilihan presiden dan wakil presiden serta wakil rakyat di periode 2019-2024 mendatang. Bapak Joko Widodo dan K.H. Ma’ruf Amin keluar sebagai pemenang mengalahkan rivalnya Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Suka duka meneyelimuti pesta demokrasi ini mulai dari isu e-KTP yang sempat berserakan, banyaknya korban jiwa dari pihak pengelenggara pesta demokrasi hingga muculnya kreatifitas netizen Indonesia yang mengusung pasangan fiktif Nurhadi-Aldo sebagai presiden dunia maya. Tangis dan tawa campur aduk dalam perhelatan ini hingga akhirnya menghasilkan sebuah hasil yang dapat kita saksikan bersama, dimana kedua rival tersebut kini sama-sama berada di dalam pemerintahan guna memajukan Indonesia ke tahap berikutnya.
Setelah hingar bingar pesta demografi di 2019 mulai meredup, kini dunia maya diramaikan oleh cuitan-cuitan netizen statistisi terkait #MencatatIndonesia. Selidik punya selidik ternyata tagar ini cukup menjadi tranding karena tahun 2020 nanti seluruh rakyat Indonesia menanti pesta demografi dalam Sensus Penduduk 2020. Sensus besar yang hanya dilakukan setiap sepuluh tahun sekali ini menjadi momen bagi Bangsa Indonesia dalam pembukuan data kependudukan yang terbaru dan dapat dijadikan sebagai data rujukan bagi Indonesia untuk diperbandingkan dengan data kependudukan negara-negara lain di dunia.
Sensus Penduduk 2020 nanti akan memiliki nuansa yang berbeda dengan perhelatan sensus penduduk di tahun-tahun sebelumnya. Sensus kali ini lebih melek teknologi dan meninggalkan metode tradisonal yang terpaku pada penggunaan kertas. Selain karena metode ini sudah mulai ditinggalkan oleh negara-negara maju, sensus dari rumah ke rumah memakan biaya yang tidak sedikit. Alhasil berkat saran dari PBB dan keberanian pimpinan negeri ini, akhirnya dicetuskanlah untuk yang pertama kali sepanjang sejarah Indonesia di 2020 nanti kita akan menggunakan sensus online yang dimulai pada 15 Februari – 31 Maret 2020. Seluruh penduduk Indonesia dari Sabang – Merauke dapat melakukan sensus ini secara mandiri. Bukan hanya itu saja, dengan sensus online ini seluruh penduduk yang saat periode pencacahan sedang menjalankan pendidikan, bekerja atau berobat ke luar negeri bisa mengupdate data mereka sendiri lewat link sensus.bps.go.id. Yang pasti Indonesia tidak sendiri dalam melaksanakan sensus online ini. Di tahun yang sama Negeri Gajah Putih, Thailand juga menyelenggarakan sensus penduduk berbasis dara registrasi di 2020. Bahkan Australia sendiri sudah memulainya di 2006 silam.
Optimis
Selain teknis lapangan yang berbeda dari sensus penduduk sebelumnya, Sensus Penduduk 2020 hadir dengan metode kombinasi. Metode yang dimaksud adalah menggunakan basis data registrasi yang relevan dengan sensus, yang kemudian dilengkapi dengan sampel survei. Metode ini merupakan perpaduan dari data registrasi penduduk yang dimiliki oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) sebagai sumber data utama dan mengandalkan pendataan mandiri melalui Computer-assisted Web Interviewing (CAWI). CAWI digunakan untuk mengakomodasi penduduk yang tidak bisa dilakukan pendataan secara langsung, sehingga penduduk dapat mengisi sendiri data yang diperlukan ke dalam website. CAPI digunakan untuk mengurangi beban petugas membawa lembaran-lembaran kertas dokumen pencacahan
Rasa optimisme yang tinggi nampaknya tercermin dalam perhelatan sensus penduduk mendatang. Dengan didukung metode yang baru dan kecanggihan teknologi saat ini, bukan tidak mungkin mimpi satu data kependudukan Indonesia bisa terwujud di tahun depan. Sensus penduduk 2020 akan menghasilkan data kependudukan yang lebih akurat dan terbaru sehingga dapat dijadikan acuan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan dan perencanaan serta evaluasi pembangunan nasional. Seperti informasi proyeksi jumlah penduduk pada masa yang akan datang dan informasi tentang layanan kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja, perumahan, hingga kebutuhan berbagai infrastruktur.
Realistis
Walau dalam pelaksanaannya nampak mudah, namun Badan Pusat Statistik selaku penyelenggara Sensus Penduduk 2020 masih bersikap realistis. Response rate dalam pendataan mandiri ini menjadi tolak ukur keberhasilan sensus online nanti. Tak khayal jika satu-satunya yang dilakukan oleh BPS saat ini masih dalam tahap persiapan dan sosialisasi agar masyarakat tidak terkejut saat waktu sensus tiba. Selain itu, pembangunan sistem untuk menyongsong sensus penduduk 2020 dengan metode kombinasi memang memerlukan investasi yang tidak murah. Perlu biaya pada awal pembangunan sistem, tetapi untuk periode dan tahapan berikutnya akan dapat menghemat biaya dan dapat meningkatkan perhatian publik akan pentingnya data registrasi dan data sensus.
Gladi bersih yang dilaksanakan BPS dalam rangka persiapan Sensus Penduduk 2020 ternyata mendapatkan beberapa kendala di lapangannya. Masih ada penduduk yang enggan memberikan data yang sebenarnya terutama data tentang tingkat pendidikan dan pekerjaan karena khawatir kerahasiaan datanya tidak terjaga. Padahal sebagai warga negara yang baik kita harus memberikan data dan informasi kependudukan yang akurat karena BPS sendiri sebagai lembaga penyelenggara sensus memiliki kewajiban untuk menjaga kerahasaiaan data yang diberikan responden, sesuai yang tercantum dalam Pasal 21 UU No. 16 tahun 1997 tentang Statistik.
Dewasa ini, data merupakan komoditas yang sama berharganya layaknya emas. Wajar jika warga Indonesia akan menunjukkan sikap penolakan di awal penyelenggaraan sensus online nanti. Namun jangan sampai sikap terlalu berhati-hati ini justru menejrumuskan pemerintah membuat kebijakan yang salah karena data yang tidak akurat dari warganya. BPS harus berani dan meyakinkan seluruh warganya untuk terbuka dalam mengisi sensus online. Sensus online itu mudah dan dengan mengisi sensus online menjadi bukti kecil bahwa kita warga negara yang baik, yang peduli akan kepentingan bersama.
s.bps.go.id/coretanadis