SDM Unggul Bangka Belitung Maju

Masih dalam nuansa kemerdekaan, beberapa perayaan telah dilangsungkan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-74 di seluruh penjuru negeri. Tahun ini tema yang diusung oleh Sekretariat Negara RI adalah “SDM Unggul, Indonesia Maju”. Tema tersebut merupakan lanjutan dari tema pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan pemerintahan periode sebelumnya. Tema ini menarik mengingat kualitas SDM adalah salah satu PR utama Indonesia yang masih perlu diselesaikan.

Mengutip sambutan Mohamad Nasir, Menteri Riset Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, tema kali ini mengandung makna bahwa pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul akan sangat mendukung kemajuan Indonesia. Artinya Pembangunan Sumber Daya Manusia menjadi kunci keberhasilan dan kesuksesan Indonesia di masa depan. SDM Indonesia harus unggul dalam segala bidang sehingga dapat bersaing secara global, terlebih ketika memasuki era industri 4.0.
Tantangan yang dihadapi Indonesia tidaklah mudah untuk mewujudkan SDM yang unggul. Beberapa kondisi Indonesia saat ini yang masih jauh dari capaian SDM unggul yaitu tingginya angka stunting dan rendahnya peringkat Human Development Index (HDI). Angka stunting di Indonesia dinilai melebihi batas toleransi stunting berdasarkan standar World Health Organization (WHO). Sementara itu, peringkat HDI juga dinilai cukup rendah yaitu menduduki peringkat ke-87 dari 157 negara.

Pertama, persoalan stunting yang tidak kunjung selesai di Indonesia. Masalah ini telah menjadi perhatian Presiden Joko Widodo. Dalam beberapa tahun terakhir, angka stunting di Indonesia masih masuk kategori tinggi. Data terakhir, tahun 2018 angka stunting tercatat 30,8 persen di Indonesia. Agka tersebut diperoleh berdasarkan data TNP2K.
Tantangan selanjutnya, fakta bahwa peringkat HDI Indonesia tergolong rendah. HDI atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masih belum memuaskan. Meskipun IPM Indonesia sudah bisa dikatakan tinggi (70≤IPM<80) akan tetapi nilainya hanya sedikit di atas batasan tinggi (cutting point). Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai IPM Indonesia Tahun 2018 sebesar 71,39, naik 0,58 poin dari IPM tahun sebelumnya atau tumbuh sebesar 0,82 persen.

Kabar menggembirakan datang bagi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) yang tahun 2018 mengalami perubahan status pembangunan manusia dari kategori sedang ke kategori tinggi. Naiknya status pembangunan manusia dari sedang ke tinggi di Babel bersamaan dengan enam provinsi lainnya yaitu Jambi, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Tenggara. Sementara itu, Papua juga naik dari status rendah ke sedang.

Kenaikan status pembangunan manusia di Babel tidak lantas menaikkan peringkat provinsi serumpun sebalai ini di tingkat nasional. Sejak tahun 2013, peringkat status pembangunan manusia di Babel stagnant berada di posisi ke-16. Masih di bawah provinsi besar di kawasan Sumatera yaitu Kepulauan Riau (4), Riau (6), Sumatera Barat (9), Aceh (11), Sumatera Utara (12). Akan tetapi, status pembangunan manusia di Babel berada di atas provinsi seperti Jambi (17), Bengkulu (18), Sumatera Selatan (23), dan Lampung (24).

Menurut Berita Resmi Statistik No.35/05/19/Th.IV, 6 Mei 2019, naiknya IPM dari tahun 2017 ke tahun 2018 juga dikarenakan naiknya komponen pembentuk IPM. Umur Harapan Hidup bertambah 1,03 tahun menjadi 70,18 tahun, artinya bayi yang lahir hidup pada tahun 2018 memiliki peluang hidup sampai dengan 70,18 tahun, lebih lama dibanding bayi yang lahir tahun 2017.
Selanjutnya, Harapan Lama sekolah pada tahun 2018 sebesar 11,87 tahun. Artinya anak-anak yang pada tahun 2018 berusia 7 tahun memiliki harapan untuk menikmati pendidikan selama 11,87 tahun (setara kelas XII SMA sederajat). Rata-rata lama sekolah juga naik menjadi 7,84 di tahun 2018. Artinya, penduduk usia 25 tahun ke atas di tahun 2018 secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 7,84 tahun (setara kelas 7-8 SMP sederajat).

Terakhir, standar hidup layak yang direpresentasikan oleh pengeluaran perkapita yang disesuaikan. Tahun 2018, pengeluaran perkapita masyarakat di Babel sebesar Rp12.666.000,- per tahun. Besarnya pengeluaran perkapita tersebut menjadikan Babel di atas rata-rata pengeluaran perkapita nasional. Hal ini dikarenakan standar harga kebutuhan pokok di Babel yang cukup tinggi.

IPM relevan menjadi tolak ukur keberhasilan pembangunan SDM karena didalamnya memuat dimensi kesehatan, pendidikan, dan pemenuhan kebutuhan standar. Oleh karena itu, keberhasilan suatu negara atau wilayah untuk mewujudkan SDM unggul tidak lepas dari tinggi rendahnya nilai IPM. Nilai IPM yang tinggi mencerminkan kualitas SDM yang juga tinggi. Pemerintah Kepulauan Bangka Belitung bersama pihak terkait semestinya menengok kembali poin-poin yang perlu ditingkatkan dalam komponen penyusunan IPM terutama dimensi pendidikan yang masih kecil.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *