anak adalah investasi sebuah bangsa. Nasib bangsa Indonesia di masa yang akan datang berada di tangan anak-anak masa sekarang. Mereka adalah aset dan penerus generasi yang akan memimpin dan mengelola sumber daya di negara ini. Oleh karena itu, Indonesia butuh anak-anak yang berkualitas pada masa yang akan datang untuk kemajuan negeri, diawali dengan anak-anak yang sehat di masa sekarang.
Keberhasilan bangsa nantinya ada di tangan mereka. Kualitas mereka berkorelasi erat dengan kesehatan sejak dini bahkan sejak mereka dalam kandungan. Tertuang dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan anak harus dilakukan sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berumur 18 tahun.
Masalah gizi yang berstatus kronis menurut Kementrian Kesehatan RI adalah stunting. Dalam bulletin yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, stunting merupakan masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya. Anak yang menderita stunting akan lebih rentan terhadap penyakit dan ketika dewasa beresiko untuk mengidap penyakit degeneratif. Menjadi berbahaya karena dampak stunting tidak hanya pada segi kesehatan tetapi mempengaruhi tingkat kecerdasan anak.
Tidak heran, presiden Joko Widodo menaruh perhatian khusus pada masalah ini dan menjadikan stunting sebagai fokus utama dalam menuntaskan kesehatan anak. Hal ini juga dilatarbelakangi oleh fakta bahwa Indonesia termasuk dalam darurat stunting. Badan kesehatan dunia World Health Assembly (WHO) menetapkan batas toleransi stunting maksimal 20 persen dari total balita. Ironisnya, persentase balita stunting di Indonesia telah melebihi batas tersebut.
Pada tahun 2018, prevalensi balita stunting sebesar 30,8 persen dari total balita di Indonesia (TNP2K). Angka sebesar ini menunjukkan bahwa stunting sudah menjadi masalah serius. Hal ini juga bisa menjadi kekhawatiran akan menurunnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia karena stunting terbukti mempengaruhi kecerdasan seseorang.
Padahal, tanggung jawab anak termasuk kesehatan anak berada di tangan orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Anak berhak untuk sehat. Bahkan, hak tersebut telah diakui dunia pada Konvensi Hak-Hak Anak dan perundang-undangan Indonesia.
Sejalan dengan fakta tersebut, Badan Pusat Statistik (BPS) dalam publikasi “Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2018” juga mengatakan bahwa sekitar 3 dari 10 anak di Indonesia memiliki keluhan kesehatan sebulan terakhir. Data tersebut merupakan hasil dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2018. Anak-anak yang berusia 0-4 tahun juga perlu mendapat perhatian khusus karena anak di usia ini lebih rentan terhadap penyakit. Data BPS menunjukkan 44,33 persen anak usia 0-4 tahun mengalami keluhan kesehatan selama sebulan terakhir pendataan survei.
Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan fokus memaksimalkan intervensi di 1000 Hari Pertama Kehidupan. Dimulai dari sejak kehamilan, menyusui, sampai dengan anak usia 23 bulan. Rangkaian upaya menjaga kesehatan anak memang dimulai dari masa dia dalam kandungan seorang ibu.
Selanjutnya, tahapan penting yang harus diupayakan yaitu pemberian ASI (menyusui) terutama pemberian ASI eksklusif. Agenda ini juga merupakan salah satu dari Global Target for Nutrition dari Majelis Kesehatan Sedunia atau WHO. Targetnya, setidaknya ada 50 persen bayi sampai dengan umur 6 bulan diberikan ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusi dan ASI lanjutan pada anak usia 6-23 bulan dapat dipandang mampu mencegah dan menyembuhkan stunting.
Di Indonesia, pemberian ASI eksklusif pada bayi sudah mencapai lebih dari 50 persen. Akan tetapi, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung beserta enam provinsi lainnya belum mencapai target ini atau bayi dengan SI Eksklusif masih di bawah 50 persen.
Gentingnya masalah stunting yang melanda anak-anak di Indonesia harus menjadi prioritas bersama. Tidak hanya orang tua, pemerintah dan masyarakat punharus sadar bahwa ada yang mengancam kualitas anak-anak kita jika kondisi stunting ini terus dibiarkan. Dampak jangka panjangnya, beberapa tahun mendatang Indonesia dipimpin oleh generasi yang kurang dari segi kualitas sehingga tidak optimal dalam mengatur sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat.
Statistisi Ahli Muda
BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung