Mirnawati, Sosok Kartini Millenial

Atmosfer pesta demokrasi yang masih tercium sejak pemilu 17 April lalu jangan sampai membuat kita lupa tentang hari bersejarah yang jatuh pada 21 April kemarin. Sejarah Indonesia mencatat, telah terjadi perjuangan untuk kaum wanita yang diusung oleh pahlawan Raden Ajeng Kartini. Momentum perjuangan yang kemudian diperngati sebagai Hari Kartini sepertinya sudah tidak asing di telinga kita karena hasil perjuangan beliau yang masih bisa kita rasakan sampai dengan hari ini.

Perjuangan perempuan bisa dilihat pada pemilu yang baru saja dilaksanakan, kaum perempuan ikut andil dalam mencalonkan diri untuk menjadi anggota DPR. Menurut data Komisi Pemilihan Umum (KPU), terdapat 3.194 caleg atau sebesar 40,08 persen caleg DRI RI berjenis kelamin perempuan. Persentase yang cukup besar tersebut dapat dimaknai bahwa perempuan sudah berani tampil untuk memperjuangkan hak-haknya terutama untuk isu yang berkaitan dengan perempuan seperti hak perempuan dan hak anak.

Menjadi caleg adalah salah satu contoh nyata dari perwujudan perempuan untuk berperan aktif di masyarakat. Perempuan masa kini telah banyak berperan melalui beragam profesi yang bermanfaat tidak hanya di keluarganya melainkan di lingkup yang lebih luas. Kebermanfaatan permepuan tidak selalu dibuktikan dengan memiliki pekerjaan atau menjadi wanita pekerja tetapi banyak hal yang bisa dilakukan meski berstatus sebagai Ibu Rumah Tangga.

Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan jumlah penduduk perempuan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) pada tahun 2019 sebesar 714.269 jiwa. Dengan jumlah tersebut artinya hampir separuh dari penduduk di Provinsi Babel berjenis kelamin perempuan. Angka tersebut merupakan proyeksi penduduk kondisi pertengahan tahun 2019.

Besarnya proporsi perempuan dalam komposisi penduduk Provinsi Babel selayaknya disambut baik. Hadirnya mereka di tengah masyarakat akan berdampak positif jika diarahkan dan difasilitasi. Pasalnya, perempuan masa kini mayoritas memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan publik.

Salah satu perempuan yang memiliki sifat daya juang untuk kesejahteraan masyarakat berasal dari ujung Pulau Belitung yaitu Mirnawati. Mirna, panggilan akrabnya, merupakan contoh nyata Kartini di lingkup yang lebih kecil dan dekat dengan masayarakat. Saat ini, Mirna yang berusia 23 tahun aktif menjadi Pendamping Sosial Masyarakat (PSM), kader Bina Keluarga Balita (BKB), mitra Badan Pusat Statistik, dan aktif berdagang lewat jejaring sosial (online).

Sebagai seorang PSM, Mirna bertugas menyalurkan bantuan kepada warga di desanya misalnya ke penduduk lansia atau penduduk yang kurang mampu. Mirna juga mendata siapa saja warga yang membutuhkan bantuan. Selain itu, Mirna juga aktif mengedukasi Ibu-Ibu untuk memberikan gizi dan penanganan yang tepat terhadap anak-anak yang masih balita. Hal ini dikarenakan anak-anak usia balita berada dalam tahap perkembangan emas namun rentan terhadap penyakit.

Kontribusi Mirna terhadap negara juga ditunjukkan dengan menjadi Mitra BPS. Beragam survey telah Mirna lakukan demi ketersediaan data yang dibutuhkan BPS. Tidak jarang Mirna harus pulang larut karena responden yang sulit ditemui. Mirna pernah mendapat gelar Mitra Terbaik karena kerja kerasnya dalam mengumpulkan data.
Mirna adalah salah satu bukti dari perjuangan Kartini di masa lampau bahwa perempuan harus berpendidikan. Perempuan harus memiliki skill dan mampu berkontribusi terhadap masyarakatnya meskipun dalam lingkup yang kecil.

BPS juga mencatat, di Provinsi Babel terdapat 49,36 persen perempuan sebagai tenaga profesional. Angka ini bahkan lebih tinggi dari level Indonesia yang mencatat 46,31 persen perempuan di Indonesia sebagai tenaga profesional. Mereka yang disebut tenaga profesional adalah yang bekerja dengan kemampuan dan keahlian, bukan sebagai pekerja kasar maupun serabutan. Kondisi ini mengasumsikan bahwa perempuan di Provinsi Babel memiliki tingkat pendidikan atau ketrampilan yang baik.

Akan tetapi, jika dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk perempuan yang angkanya menjadi acuan masih menempatkan Provinsi Babel di bawah rata-rata provinsi. Pada tahun 2018, IPM Perempuan Provinsi Babel sebesar 66,71 sedangkan Indonesia sebesar 68,63. Hal ini menunjukkan masih perlu peran aktif dari berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas perempuan karena IPM juga mempertimbangkan sisi pendidikan.

Pada akhirnya, perempuan yang berperan di masyarakat adalah untuk mengoptimalkan potensi yang ada mengingat perempuan memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan laki-laki. Di berbagai hal, mereka bisa lebih peka terhadap lingkungan sekitar dan menyelesaikan persoalan dari sudut pandang yang berbeda. Selain itu, perempuan yang teredukasi atau memiliki pendidikan yang baik akan menciptakan anak-anak yang hebat di bawah pengasuhannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *