Hilangkan Hoaks melalui Society 5.0

Tahun 2019 yang disebut sebagai tahun pemilu memberikan warna sendiri terhadap berita-berita yang tersebar. Berita-berita yang sifatnya masih simpang siur dan menjatuhkan salah satu lawan bermunculan. Beberapa kali sering mendapatkannya melalui broadcast whatsapp, facebook, berita dan bahkan sempat beberapa kali sampai viral atau trending. Entah berita tersebut benar atau tidak, jika tema menjatuhkan lawan maka akan langsung diteruskan kepada orang lain.

Mungkin masih hangat di pikiran para pembaca berita akhir tahun lalu yang sempat viral mengenai truk pembawa kartu suara yang sudah tercoblos salah satu pasangan calon (paslon). Setelah dilakukan klarifikasi oleh pemerintah ternyata berita tersebut hanya kebohongan belaka atau hoaks. Berita hoaks memberikan dampak buruk bagi pembaca, bahkan ada yang cenderung mempercayainya. Data kominfo menyatakan bahwa selama Maret 2019 terdapat 453 berita hoaks. Sebuah angka yang tidak sedikit.

Hoaks merupakan berita bohong yang sumbernya tidak jelas dari mana asal usulnya (KBBI). Menurut Silverman (2015), hoaks merupakan rangkaian informasi yang disusun secara menarik dan sengaja disesatkan namun ‘di jual’ sebagai sebuah berita atau kebenaran. Menurut Werme (2016), hoaks merupakan berita palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki tujuan tertentu. Jadi berita hoaks bukan hanya sekedar menyesatkan melalui informasi palsu yang tidak berdasarkan apapun dan di sajikan seolah-olah hal tersebut merupakan serangkaian fakta.

Istilah hoaks di Indonesia memang baru viral beberapa tahun belakangan ini, sering dengan perkembangan internet. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) perkembangan penggunaan internet dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 penduduk Indonesia berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet sebanyak 39,90 persen. Penduduk yang mengakses internet bertujuan 65,97 persen untuk mendapatkan informasi, 79,13 persen untuk media sosial, 45,07 persen untuk hiburan, 25,87 persen untuk mengerjakan tugas sekolah, dan 21,10 persen untuk mengirim email.

Perkembangang internet semakin memperparah penyebaran hoaks di Indonesia. Hoaks diibaratkan seperti air yang keberadaannya cepat sekali menyebar melalui media internet seperti grup whatsapp, instagram, facebook, dan jejaring sosial lainnya. Konten hoaks biasanya memiliki isi berita yang sedang ramai di masyarakat sehingga mudah memancing seseorang untuk membagikannya.
Kementrian Komunikasi dan Informatika pernah mengungkapkan bahwa hoaks dan media sosial seperti lingkaran setan. Facebook, twitter dan instagram merupakan media sosial dengan pangsa besar di Indonesia. Mudah sekali untuk membagikan hoaks melalui media tersebut. Ditambah lagi dengan kemunculan media abal-abal yang sama sekali tidak menerapkan standar jurnalisme. Peran media profesional yang seharusnya membawa kecerahan dalam sebuah persoalan yang simpang siur di masyarakat semakin lama semakin tergerus.

Perkembangan internet di Indonesia merupakan salah satu dampak dari era revolusi industri 4.0 dimana manusia dan internet hidup secara berdampingan dalam aktivitas sehari-hari. Era dimana kehidupan manusia ditopang oleh kemajuan teknologi dan informasi. Revolusi industri 4.0 merupakan penggabungan antara big data, internet dan artificial intellegent (kecerdasan buatan). Pada saat ini revolusi industri 4.0 sedang hangat dibicarakan di Indonesia.
Namun apa dampak yang dirasakan akibat revolusi industri 4.0. Ketika dunia sudah ada di genggaman melalui internet. Informasi dan segala kebutuhan diperoleh dengan mudah melalui internet. Sadar atau tidak, manusia sudah mulai ketergantungan teknologi. Lalu apa dampak yang ditimbulkan terhadap peradaban manusia. Sikap antipati atau acuh tidak acuh seseorang akan timbul, sikap tidak ingin bersosialisasi dengan sekitar mulai muncul.

‘Generasi menunduk’ tercipta melalui dampak revolusi industri 4.0. Manusia akan terlalu fokus terhadap gadget dibandingkan bersosialisasi dengan sekitar. Bahkan tidak jarang kita temui di sebuah kedai makan, sekelompok orang berkumpul sama-sama dalam satu meja namun tidak ada komunikasi yang tercipta. Masing-masing individu terlalu fokus terhadap gadgetnya. Pemandangan tersebut tidak ditemui hanya sekali dua kali, tetapi sering.

Revolusi Industri 5.0 atau Society 5.0

Disaat Indonesia sedang hangat-hangatnya membicarakan revolusi industri 4.0. Baru-baru ini Jepang memperkenalkan revolusi industri 5.0 atau society 5.0 pada Januari 2019. Society 5.0 merupakan perkembangan atau penyempurnaan dari revolusi industri 4.0. Society 5.0 berpusat kepada perkembangan teknologi yang diikuti perkembangan manusia. Jepang meluncurkan society 5.0 dengan tujuan menyeimbangkan peran manusia melalui kehadiran teknologi.

Executive member council for science, technology and innovation, Cabinet office, Japan – Yuko Harayama (2019) menyatakan society 5.0 adalah sebuah upaya membangun ‘manusia pintar’. Manusia mempunyai peran sebagai seorang aktor dalam perkembangan teknologi, sehingga manusia dapat hidup nyaman dan berkualitas. Singkatnya manusia yang mengendalikan teknologi bukan teknologi yang mengendalikan manusia. Teknologi yang dimaksud dimaksud disini adalah kemajuan teknologi pada revolusi industri 4.0.

Melalui Society 5.0 peran manusia dalam kehidupan mulai dimunculkan kembali. Sebuah solusi sebagai dampak yang ditimbulkan akibat revolusi keempat, ‘generasi menuduk’. Bahkan Reevany Bustami (2019) menyatakan bahwa society 5.0 akan mengembalikan peradaban manusia untuk memimpin sains dan teknologi, karena Society 5.0 melihat kemajuan teknologi dari berbagai aspek kehidupan baik spritual maupun teknis. Adanya aspek spiritual dalam perkembangan teknologi diharapkan dapat mengerem penyebaran hoaks yang marak terjadi.

Society 5.0 di Indonesia

Penduduk Indonesia pada saat ini sedang memasuki masa bonus demografi dimana penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan usia tidak produktif. Hal ini merupakan sebuah tantangan untuk memanfaatkan revolusi industri 4.0 dan society 5.0 secara bersama-sama. Melalui revolusi industri 4.0, Indonesia ditantang untuk menciptakan kemajuan teknologi diberbagai bidang. Memasukkan aspek teknologi kedalam setiap bidang kehidupan seperti bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lainnya.
Di sisi lain melalui society 5.0, Indonesia dapat menciptakan penduduk berkualitas yang memanfaatkan informasi dan kemajuan teknologi secara bijak. Penduduk yang mampu membedakan berita berdasarkan sumbernya, dan tidak mudah tersulut oleh informasi yang tidak benar. Integritas penduduk menjadi kunci dalam society 5.0.
Jika Indonesia mampu menghadapi tantangan tersebut, berita-berita hoaks akan tergerus dengan sendirinya. Tidak adalagi sikap ceroboh atau sengaja membuat berita palsu demi sebuah kata viral. Pada akhirnya, mari ciptakan penduduk Indonesia yang pintar, bijak dan mampu mengendalikan teknologi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *