Pengangguran SMA dan Solusinya

Besarnya jumlah pengangguran dengan tingkat pendidikan SMA sederajat di Bangka Belitung menjadi salah satu masalah prioritas yang harus dicarikan solusinya. Pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota diharapkan memiliki program terobosan yang mampu mengatasi permasalahan ini.

Salah satu Indikator ketenagakerjaan yang digunakan untuk menganalisa serta mengukur capaian hasil pembangunan adalah tingkat pengangguran terbuka (TPT). Tingkat pengangguran terbuka mencerminkan besarnya jumlah penduduk pada kategori usia kerja yang tidak bekerja dan sedang berusaha memperoleh pekerjaan diantaranya yaitu mereka yang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (putus asa) dan sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Tingkat pengangguran terbuka dihitung dengan cara membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah merilis indikator ketenagakerjaan tahun 2018 berdasarkan hasil survei angkatan kerja nasional (Sakernas) periode Agustus. Dari data yang dirilis diketahui bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) Bangka Belitung pada tahun 2018 sebesar 26.552 jiwa atau sekitar 3,65 persen dari seluruh angkatan kerja. Persentase TPT pada periode Agustus 2018 menurun 0,13 poin persen bila dibandingkan dengan TPT pada periode Agustus 2017. Jika dilihat lebih dalam berdasarkan tingkat pendidikan dari keseluruhan pengangguran di Bangka Belitung pada tahun 2018, sekitar 46 persennya merupakan pengangguran dengan tingkat pendidikan SMA sederajat, 38 persen pengangguran memiliki tingkat pendidikan SMP kebawah dan sekitar 16 persen merupakan pengangguran dengan tingkat pendidikan Diploma dan sarjana.

Besarnya persentase pengangguran dengan latar pendidikan SMA sederajat bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah rendahnya daya serap lapangan usaha yang membutuhkan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan SMA sederajat. Faktor kedua adalah lapangan usaha utama yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Bangka Belitung pada tahun 2018 adalah sektor pertanian, pertambangan dan perdagangan yang didominasi oleh pekerja informal yaitu pekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas dan pekerja keluarga sehingga tidak membutuhkan tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Faktor ketiga adalah lapangan kerja formal lebih banyak membutuhkan tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan yang lebih tinggi minimal lulusan diploma atau sarjana sehingga tidak bisa maksimal menyerap tenaga kerja dengan latar belakang pendidikan SMA sederajat. Faktor keempat adalah adanya indikasi dari penambahan jumlah angkatan kerja setiap tahunnya didominasi oleh generasi muda atau generasi millenials dengan tingkat pendidikan SMA sederajat yang terkesan pilih-pilih dalam hal pekerjaan. Hal ini sebabkan oleh karakteristik generasi millenials yang sangat akrab dengan perangkat komunikasi, media dan teknologi digital, sementara lapangan kerja yang tersedia lebih banyak membutuhkan tenaga kerja lapangan atau pekerja kasar membuat sebagian besar dari mereka merasa kurang cocok dengan lapangan pekerjaan tersebut.

Kondisi ini merupakan permasalahan prioritas yang harus segara ditindaklanjuti agar tingkat pengangguran terbuka dengan tingkat pendidikan SMA sederajat tidak semakin bertambah besar jumlahnya. Pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota harus memiliki program atau terobosan yang tepat untuk mengatasi permasalahan ini. Program utama dan pertama yang harus dilakukan adalah mendorong terciptanya lapangan kerja diluar tiga kategori lapangan usaha utama dengan harapan mampu menyerap tenaga kerja dengan latar belakang pendidikan SMA sederajat lebih banyak sehingga mampu mengurangi pengangguran dengan tingkat pendidikan ini. Program kedua adalah dengan memberikan pelatihan kerja kepada angkatan kerja dengan latar belakang pendidikan SMA sederajat terutama bagi mereka yang baru lulus sekolah dan tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana. Pelatihan bisa dilakukan dengan cara bekerja sama dengan perusahaan maupun dengan perguruan tinggi sehingga nantinya memiliki keterampilan dan pengetahuan yang siap kerja sesuai dengan kondisi dan perkembangan jaman saat ini. Program yang ketiga adalah pemberian bantuan modal usaha kepada mereka yang tidak memiliki pekerjaan atau pengangguran agar mampu menciptakan usaha atau lapangan pekerjaan sendiri.

Salah satu program dengan tujuan mengurangi pengangguran dengan tingkat pendidikan SMA sederajat ini sudah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Belitung Timur melalui Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yaitu melalui program pelatihan kerja industri (bridging) bagi tamatan SMA atau SMK. Bentuk program yang dilakukan yaitu mengirimkan putra dan putri lulusan SMA/SMK/MA untuk mengikuti pelatihan selama 6 bulan pada salah satu perusahaan manufaktur elektronik. Selama pelatihan kerja para peserta akan dibekali dengan ilmu, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dibidang elektronik sehingga setelah selesai pelatihan para peserta diharapkan bisa bekerja di perusahaan-perusahaan manufaktur atau membuka usaha sendiri.

Program terobosan yang dilakukan oleh Pemkab Belitung Timur ini merupakan salah satu terobosan yang sangat baik untuk menyalurkan tenaga kerja khususnya generasi muda atau generasi millenials dalam rangka mengurangi pengangguran. Pemerintah provinsi Bangka Belitung serta pemerintah kabupaten/kota lainnya diharapkan memiliki program yang serupa atau program lain yang jauh lebih baik. Semoga program terobosan seperti ini tidak hanya bersifat sementara saja akan tetapi terus berkelanjutan, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang ada sekaligus mengurangi tingkat pengangguran secara keseluruhan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *