Ketika Pengangguran Meningkat Tapi Kemiskinan Menurun, Kok Bisa?

Kemiskinan dan pengangguran merupakan dua kata yang seringkali kita dengar, salah satunya paling sering terdengar saat acara-acara perdebatan calon pemimpin baik di daerah maupun nasional. Kemiskinan dan pengangguran merupakan tolak ukur kondisi sosial ekonomi dalam menilai keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah disuatu daerah. Secara teori, kemiskinan dan pengangguran saling berhubungan, ketika tingkat pengangguran menurun maka tingkat kemiskinan menurun juga. Namun bagaimana jika suatu ketika tingkat pengangguran meningkat namun tingkat kemiskinannya menurun? Apa yang terjadi?

Pada tahun 2018 yang lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bangka Selatan sudah merilis data mengenai tingkat pengangguran yang hasilnya cukup mencengangkan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Bangka Selatan meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2018 TPT Kabupaten Bangka Selatan adalah sebesar 4,35 persen, meningkat jika dibandingkan dengan kondisi di tahun 2017 yang hanya sebesar 2,74 persen. Keadaan ini sesungguhnya cukup memprihatinkan, mengingat pengangguran merupakan hal yang harus di brantas.

Sekedar mengingatkan kembali mengenai konsep pengangguran yang digunakan oleh BPS merupakan konsep baku ketenagakerjaan berdasarkan International Conference of Labour Statistician (ICLS) 13 dan 19. Menurut ICLS 13 yang tergolong pengangguran meliputi penduduk yang tidak bekeja tetapi sedang mencari pekerjaan, atau mempersiapkan suatu usaha, atau merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (putus asa), atau sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja atau sudah mempunyai usaha tapi belum memulainya. Sedangkan menurut ICLS 19 yang tergolong pengangguran adalah mereka yang tidak bekerja dan sebulan yang lalu aktif mencari pekerjaan atau mempersiapkan suatu usaha, dan siap/bersedia bekerja dalam selang waktu dua minggu ke depan, lalu tidak mencari pekerjaan dengan alasan sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja, dimulainya pekerjaan tersebut dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan ke depan, dan mengaku saat ini dalam kondisi siap/bersedia untuk segera bekerja dalam selang waktu dua minggu ke depan (future starter).

Berbanding Terbalik dengan Kemiskinan

Tahun 2018, BPS Kabupaten Bangka Selatan juga telah merilis angka kemiskinan, dimana pada tahun 2018 angka kemiskinan Kabupaten Bangka Selatan adalah sebesar 3,70 persen, angka ini menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 3,92 persen. Kondisi ini sangat kontradiktif jika kita kaitkan dengan tingkat pengangguran yang meningkat di tahun 2018. Hal ini mengindikasikan bahwa tak selamanya Tingkat Pengangguran dan Angka Kemiskinan akan selalu berjalan seiringan, sama halnya dalam hidup ini tak semua hal akan berjalan sesuai dengan teori, adakalanya bertentangan dengan teori.

Kalau kita berkaca kembali pada tahun 2017 hingga 2018, terdapat fenomena ekonomi yang cukup memengaruhi kondisi perekenomian di Kabupaten Bangka Selatan yakni rendahnya harga komoditas perkebunan seperti lada dan karet yang merupakan ladang mata pencaharian sebagian besar penduduk di Kabupaten Bangka Selatan. Hingga tahun 2018 harga lada utamanya, tak kunjung mengalami perubahan yang cukup baik. Dapat kita lihat bahwa persentase penduduk Bangka Selatan yang bekerja di sektor pertanian,kehutanan, dan perikanan pada tahun 2018 menurun menjadi sebesar 45,86 persen menurun jika dibandingkan dengan tahun 2017 yang mencapai hampir sebagian jumlah penduduk yakni 49,06 persen. Hal ini diperkirakan karena harga komoditas lada dan karet yang masih rendah mengakibatkan sebagian besar penduduk memilih mundur dan beralih ke sektor lapangan usaha lain yang dianggap cenderung lebih stabil pada tahun 2018.

Salah satu mata pencaharian yang paling digemari di Kabupaten Bangka Selatan adalah sektor pertambangan dan penggalian, hal ini tergambar dari persentase jumlah penduduk bekerja di sektor ini adalah yang terbesar kedua di Kabupaten Bangka Selatan. Seringkali juga kita temukan beberapa rumah tangga yang menggeluti 2 sektor lapangan usaha yakni pertanian dan pertambangan ini. Pada tahun 2018 sektor pertambangan meningkat persentasenya menjadi sebesar 17,13 persen , sedangkan tahun 2017 hanya sebesar 15,18 persen. Hal ini sesuai dengan fakta yang terlihat, bilamana sepanjang tahun 2018 ini jika kita amati seringkali terjadi kehabisan bahan bakar solar di pom bensin yang ada di Kab Bangka Selatan dikarenakan sudah habis oleh para pekerja Timah Inkonvensional (TI) yang sudah memborongnya di pagi hari.

Sebagaimana yang kita ketahui, cukup banyak juga dalam satu keluarga di Kabupaten Bangka Selatan dimana beberapa anggota rumah tangganya memilih menjadi pekerja bebas demi membantu perekonomian keluarganya yang awalnya hanya mengandalkan sang Kepala Rumah Tangga saja, salah satunya di bidang pertanian khususnya subsektor perkebunan ini. Namun pada tahun 2018 terjadi penurunan persentase pekerja bebas di bidang pertanian. Jika pada tahun 2017 pekerja bebas di sektor pertanian ada sebesar 7,26 persen pada tahun 2018 hanya sebesar 5,94 persen. Penurunan ini salah satunya terindikasi dikarenakan kondisi harga lada yang masih rendah, mengindikasi sebagian dari mereka memilih mundur, selain itu pula dengan anggota keluarganya ada yang bekerja di sektor pertambangan sudah cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari dikarenakan harga timah yang masih tergolong lebih baik dibandingkan harga lada.
Selain itu juga, ternyata didapatkan sebanyak kurang lebih 70 persen pengangguran di Kabupaten Bangka Selatan berposisi sebagai Anggota Rumah Tangga (ART) bukan Kepala Rumah Tangga (KRT) di dalam rumah tangganya. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa kondisi ini tidak lebih beresiko jika dibandingkan KRT yang menganggur dikarenakan KRT merupakan tulang punggung keluarga secara ekonomi. Jika dikaitkan dengan kemiskinan maka dengan ART tersebut tidak bekerja, sang KRT masih mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap kemiskinan, dikarenakan stabilitas ekonomi keluarganya masih terjaga.

Kemiskinan Menurun, Masalah Selesai?

Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwasanya masih terdapat beberapa indikator lain yang perlu dicermati dari kemiskinan, yaitu mengenai indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan. Walaupun persentase kemiskinan di Kabupaten Bangka Selatan menurun, namun tidak dengan kedua indeks ini. Pada tahun 2018 Indeks kedalaman kemiskinan di Kabupaten Bangka Selatan mengalami kenaikan menjadi 0,49 dari tahun sebelumnya yang hanya 0,19, hal ini mengindikasikan bahwa penduduk miskin yang ada di Bangka Selatan makin jauh terhadap garis kemiskinan. Sama halnya dengan Indeks Keparahan Kemiskinan di Kabupaten Bangka Selatan juga mengalami kenaikan dari 0,02 poin menjadi 0,08 poin, dimana hal ini mengindikasikan terdapat kesenjangan diantara penduduk miskin yang ada di Kabupaten Bangka Selatan. Peningkatan kedua indeks ini tentunya menjadi pr tersendiri untuk pemerintah Kabupaten Bangka Selatan. Salah satu solusi yang dapat dilakukan yakni dengan menjalankan program bantuan langsung yang lebih tepat sasaran kepada penduduk-penduduk yang benar-benar miskin sehingga dapat mengangkat penduduk-penduduk miskin dari jurang kemiskinan. Solusi lainnya adalah dengan pemerintah menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan investasi di Kabupaten Bangka Selatan guna mengakomodir pengangguran-pengangguran terdidik yang ada di Kabupaten Bangka Selatan yang jumlahnya masih cukup banyak. Selain itu juga sebaiknya pemerintah mampu menjaga stabilitas harga, seperti harga lada dan karet agar perekonomian di Kabupaten Bangka Selatan tejaga dan tentunya akan ikut menekan angka kemiskinan dan pengangguran di Kabupaten Bangka Selatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *