Dibalik Turunnya Angka Pengangguran

Dari banyaknya permasalahan yang diurus Pemerintah, pengangguran termasuk dalam masalah prioritas. Seseorang yang menganggur sering dianggap beban bagi keluarga, masyarakat, daerah, hingga negara. Mereka adalah penduduk angkatan kerja yang seharusnya memiliki tanggung jawab minimal terhadap dirinya sendiri tetapi kenyataannya masih bergantung kepada orang lain secara ekonomi. Faktor penyebabnya bisa beragam, seperti tidak tersedianya lapangan pekerjaan atau skill yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.

Pada tahun 2018 kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Belitung Timur telah merilis data ketenagakerjaan yang hasilnya cukup menggembirakan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Belitung Timur menurun dibandingkan tahun sebelumnya. TPT ini mereprentasikan kondisi pengangguran di suatu wilayah. Tahun 2017, TPT Kabupaten Belitung Timur sebesar 2,62 persen menjadi 1,50 persen di tahun 2018. Turunnya angka pengangguran ini biasanya dimaknai sebagai keberhasilan kinerja pemerintahan. Benarkah demikian?
Sedikit mengulas tentang definisi pengangguran, tidak sedikit yang masih belum paham bahwa pengangguran tidak selalu diartikan sebagai seseorang yang tidak bekerja. Dalam hal ini, BPS telah berkiblat kepada organisasi ketenagakerjaan Internasional yakni International Labour Organization (ILO) sehingga menjamin keterbandingan data.

Menurut BPS, pengangguran adalah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang (1) tidak bekerja dan mencari pekerjaan; (2) tidak bekerja dan sedang mempersiapkan usaha; (3) tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan; dan (4) tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja. Tidak termasuk penduduk yang sedang bersekolah, Ibu Rumah Tangga, dan penduduk usia non produktif yang memang tidak menginginkan pekerjaan.

TPT Kabupaten Belitung Timur tahun 2018 adalah yang terkecil dibandingkan kabupaten/kota lain di provinsi Kepulauan Bangka Belitung. TPT 1,50 persen berarti hanya ada sekitar 1,50 persen penduduk yang menganggur dari total angkatan kerja. Namun, prestasi ini menyimpan sisi lain yang menarik untuk ditelusuri.
Faktanya, sebagian besar penduduk yang bekerja di Belitung Timur hanya tamatan SD, yakni sebesar 39,00 persen. Penduduk bekerja tamatan universitas (minimal bergelar S1) hanya 5,76 persen. Dari sini, bisa dilihat kualitas pendidikan formal dari keadaan tenaga kerja di Belitung Timur. Pendidikan formal sampai saat ini merupakan indikator kuat untuk rekrutmen suatu jabatan pekerjaan. Oleh karena itu, seseorang dengan pendidikan formal yang tinggi memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan layak. Sebaliknya, jika mayoritas tingkat pendidikan penduduk di suatu wilayah rendah maka tidak heran jenis pekerjaannya pun mengarah ke pekerjaan informal, seperti pekerja serabutan.

Dampak beruntun dari rendahnya pendidikan terhadap jenis pekerjaan ini didukung dengan data yaitu 36,80 persen pekerja di Belitung Timur merupakan pekerja rentan. Klasifikasi pekerja rentan yaitu mereka yang sewaktu-waktu bisa kehilangan pekerjaan karena tidak adanya jaminan keterikatan terhadap pekerjaannya. Mereka adalah yang berstatus berusaha sendiri, pekerja bebas baik di pertanian maupun non pertanian, dan pekerja keluarga. Biasanya, tidak dibutuhkan kemampuan yang tinggi untuk pekerja di kategori ini.
Jika dilihat di kondisi lapangan, pekerjaan yang cukup familiar di Belitung Timur adalah pekerja tambang timah. Mereka biasanya berusaha sendiri dengan peralatan sederhana. Pekerjaan ini memiliki ketergantungan penuh terhadap kondisi Sumber Daya Alam. Padahal, lahan tambang sudah semakin menyempit dan dampak pencemaran lingkungan sudah semakin besar. Selain, itu mayoritas penduduk di Belitung Timur juga bekerja sebagai pekerja keluarga. Mereka biasanya membantu suami atau ayahnya yang bekerja sebagai petani lada atau berkebun dan tidak mendapatkan upah.

Jadi, turunnya pengangguran di Belitung Timur tidak bisa ditelan bulat-bulat. Tidak selesai hanya dengan angka yang turun tanpa melihat karakteristik lebih jauh. Karena bisa jadi, pengangguran memang kecil tetapi mereka yang bekerja kebanyakan tidak memiliki kualitas dan jenis pekerjaan yang layak. Oleh karena itu, dibutuhkan keseimbangan dari dua sisi, ketersediaan lapangan pekerjaan yang layak dan kualitas tenaga kerja yang mumpuni.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *