Tantangan Bonus Demografi di Bangka Belitung

Bangka Belitung saat ini telah memasuki masa bonus demografi. Masa puncak bonus demografi tersebut akan dicapai pada tahun 2020, yaitu setahun mendatang. Sebelum masa puncak itu tiba, sudah siapkah Bangka Belitung memanfaatkan bonus demografi?

Bonus demografi adalah keadaan dimana rasio ketergantungan sangat rendah, yaitu penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif. Dengan kondisi demikian, diharapkan produktivitas akan mencapai puncaknya. Namun, bonus demografi tidak serta merta dapat dimanfaatkan. Bonus demografi dapat dipetik manfaatnya dengan catatan sudah ada persiapan lapangan kerja, pendidikan yang layak, serta pelayanan kesehatan yang memadai.
Apabila dimanfaatkan dengan benar, bonus demografi dapat memacu pertumbuhan ekonomi, namun apabila tidak dapat dimanfaatkan, bonus ini akan berubah menjadi beban demografi bagi suatu wilayah/negara. Misalnya tingkat pengangguran yang tinggi, tingginya angka kriminalitas, yang akhirnya dapat memicu terjadinya konflik sosial. Hal seperti ini juga pernah disampaikan oleh Presiden Jokowi, yang menyatakan bahwa bonus demografi ibarat pedang bermata dua, bisa menjadi berkah juga bisa menjadi bencana.
Prof. Sri Moertiningsih Adioetomo, Guru Besar Ekonomi Kependudukan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menyatakan bahwa terdapat enam elemen yang harus disiapkan dan disinergikan untuk menyambut the window of opportunity dalam bonus demografi. The window of opportunity (jendela peluang) adalah kondisi puncak dalam bonus demografi, yaitu angka rasio ketergantungan berada pada titik terendahnya.

Keenam elemen tersebut yaitu pertama mencermati perubahan struktur penduduk. Kedua menjaga kesehatan ibu dan anak, sejak mengandung hingga anak berusia dua tahun. Ketiga yaitu investasi di bidang pendidikan dengan keahlian dan kompetensi untuk peningkatan kualitas tenaga kerja. Keempat, kebijakan ekonomi untuk menciptakan lapangan kerja. Kelima, good governance serta prosedur investasi yang sederhana. Dan terakhir yang keenam yaitu pertumbuhan ekonomi yang diindikasikan dengan jumlah produksi yang lebih besar daripada tingkat konsumsi.

Bagaimana dengan kondisi di Bangka Belitung? Berdasarkan hasil proyeksi penduduk 2015-2045 hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, struktur penduduk Bangka Belitung sudah mulai bergeser dengan dominasi penduduk usia dewasa/usia kerja. Penduduk usia muda mulai berkurang, penduduk usia dewasa dan usia tua mulai bertambah. Beberapa tahun terakhir, rasio ketergantungan mulai menurun pada angka 40-an persen dengan kondisi terendah akan dicapai pada tahun 2020, yaitu 44,4 persen yang artinya 100 penduduk usia produktif menanggung 44 penduduk usia tidak produktif. Hal ini menunjukkan Bangka Belitung telah memasuki masa bonus demografi dan hampir memasuki the window of opportunity.

Hal selanjutnya yang harus dicermati adalah kesehatan ibu dan anak. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan bahwa ada tiga indikator kesehatan ibu yang merupakan target Renstra Kemenkes RI 2015-2019 yang secara nasional target tersebut telah tercapai. Lantas bagaimana kondisi ketiga indikator tersebut di Bangka Belitung? Pertama, persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan di Bangka Belitung mencapai 80,7 persen lebih tinggi daripada angka nasional yaitu 74 persen. Indikator kedua, persentase ibu hamil yang mendapat pelayanan pemeriksaan kehamilan (anti natal care) yaitu 76,2 persen, nilainya mendekati angka nasional yaitu 77 persen. Ketiga, persentase kunjungan neonatal pertama periode 6 sampai 48 jam setelah lahir yaitu 81,7 persen, lebih tinggi dari angka nasional 79 persen. Secara umum, target Renstra Kemenkes juga telah dicapai oleh Bumi Serumpun Sebalai.

Sementara untuk kesehatan anak, dengan menggunakan indikator Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yang merupakan bagian dari RPJMN 2015-2019 yaitu diharapkan prevalensinya turun menjadi 8 persen pada tahun 2019. Hasil SDKI 2017 menunjukkan prevalensi BBLR di Bangka Belitung sebesar 4 persen yang artinya sudah sesuai target yang diharapkan. Kesehatan ibu dan anak ini menjadi hal penting dalam menyambut bonus demografi karena dengan menjaga kesehatan ibu dan anak, maka akan menyiapkan sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas di masa depan.

Bagaimana dengan pendidikan dan pengangguran? Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus tahun 2018, Badan Pusat Statistik mencatat bahwa di Bangka Belitung mayoritas penduduk usia kerja yang bekerja adalah masih berpendidikan rendah yaitu tamat SD dan tidak tamat SD sebesar 45,49 persen. Disusul tamat SMA sebesar 29,92 persen, kemudian tamat SMP sebesar 15,21 persen dan hanya 9,38 persen yang tamatan Perguruan Tinggi. Berdasarkan data BPS tersebut, nampak bahwa kualitas angkatan kerja di Bangka Belitung dari sisi pendidikannya masih tergolong rendah. Padahal menurut beberapa pakar, kualitas penduduk menjadi kunci keberhasilan dalam memetik bonus demografi. Kiranya Pemerintah di Bangka Belitung masih perlu melakukan investasi yang lebih pada bidang pendidikan ini.

Di satu sisi, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Bangka Belitung ternyata masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan tinggi. Menurut hasil Sakernas Agustus 2018, tingkat pengangguran terbuka pada kelompok pendidikan perguruan tinggi sebesar 5,90 persen dan pada tamatan SMA sebesar 5,53 persen. Sedangkan penduduk dengan tingkat pendidikan SMP kebawah, tingkat penganggurannya justru relatif rendah yaitu sebesar 2,33 persen. Semakin tinggi pendidikan, orang semakin memilih dalam hal pekerjaan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pemerintah bersama pihak terkait dalam memperluas lapangan pekerjaan terutama untuk mereka yang berpendidikan tinggi tersebut.

Melihat kondisi itu, Pemerintah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung perlu mengambil kebijakan yang komprehensif. Sinergi antar instansi dan lembaga dalam pemerintahan sangat diperlukan, terutama dalam peningkatan kualitas pendidikan dan perluasan lapangan kerja. Kemudian tidak lupa membangun iklim investasi yang baik untuk pihak swasta serta mendorong masyarakat untuk berwirausaha dalam rangka penciptaan lapangan kerja secara mandiri.

Masih ada waktu untuk memanfaatkan bonus demografi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kita semua tentunya berharap dan terus mendukung segala upaya pemerintah dalam membangun Bangka Belitung agar dapat terlaksana dengan baik, sehingga pada akhirnya bonus demografi dapat dimanfaatkan demi kemajuan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Bumi Serumpun Sebalai ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *