4 Sehat 5 Sempurna, Sudah Kadaluwarsa Susu Bukan Lagi Penyempurna

Masihkan Anda berpedoman 4 Sehat 5 Sempurna pada pola konsumsi Anda? Masihkah Anda memaksakan anak Anda untuk minum susu setiap hari, seolah-olah kesehatannya tidak akan sempurna tanpa minum susu? Jika iya, maka pola konsumsi yang Anda pahami SUDAH KADALUWARSA.

Masih sering terdengar di kalangan masyarakat, terutama orangtua, yang memaksakan anaknya untuk minum susu. “Sudah minum susu belum Dek hari ini?”, “Jangan lupa diminum susunya ya Dek!” Sebagian dari mereka masih menganggap pola konsumsi yang terbaik adalah 4 Sehat 5 Sempurna. Nasi, sayur, lauk-pauk, buah-buahan, dan tentunya susu sebagai pelengkap. Tanpa susu, tidak akan menjadi sempurna. Slogan tersebut tentu sudah sangat akrab di telinga kita dan bisa menjadi sebuah kebiasaan.

Tetapi tahukan Anda bahwa ternyata pola konsumsi yang diperkenalkan pertama kali oleh Bapak Gizi Indonesia, Prof. Poorwo Soedarmo, sekitar tahun 1952 tersebut sudah kadaluwarsa sejak tahun 1995? Seiring berjalannya waktu pola konsumsi tersebut dianggap tidak menjawab masalah gizi yang dialami oleh sebagian besar negara dan bahkan beresiko menyebabkan obesitas. Sejak tahun 1995, mulai diperkenalkan konsep baru yang disebut dengan Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Sudah 20 tahun lebih, tetapi mungkin masih terasa asing bagi sebagian orang. Jika ditanya 4 Sehat 5 Sempurna itu apa, saya yakin semua orang pasti tahu. Tetapi jika ditanya apa itu Pedoman Gizi Seimbang, saya belum yakin semua orang mampu menjawabnya. Hal ini menandakan bahwa kampanye yang dilakukan oleh pemerintah mengenai Pedoman Gizi Seimbang tidak seheboh pada saat kampanye 4 Sehat 5 Sempurna.

Pada pedoman gizi seimbang, nasi hanyalah menjadi salah satu pilihan di antara berbagai jenis makanan pokok sumber karbohidrat lainnya. Begitu pula dengan susu. Susu ditempatkan setara dengan protein hewani lainnya. Artinya, susu bukan lagi penyempurna. Tidak masalah jika tidak minum susu, selama mengkonsumsi protein hewani lainnya. Jika pada 4 sehat 5 sempurna tidak memasukkan air putih di dalamnya, pada Pedoman Gizi Seimbang air putih menjadi hal utama yang harus dipenuhi, yaitu sekitar 8 gelas dalam sehari. Porsi makanan di setiap jenisnya terjelaskan secara lebih detail. Kementerian Kesehatan juga telah membuat penjelasan lengkap mengenai Pedoman Gizi Seimbang tersebut, namun sebagian dari kita mungkin belum pernah membacanya sama sekali.

Pedoman Gizi Seimbang pun tidak melulu berisi tentang makanan, tetapi juga memasukkan aktivitas fisik atau olahraga di dalamnya. Artinya, sehat tidak hanya soal makan. Jika disederhanakan, pada prinsipnya terdapat 4 pilar pada Pedoman Gizi Seimbang, yaitu mengkonsumsi makanan beragam, membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas fisik, serta mempertahankan/memantau berat badan normal.

Pengetahuan orangtua mengenai Pedoman Gizi Seimbang sangat berpengaruh pada perkembangan fisik dan kecerdasan anak. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik pada Maret 2018, sebanyak 30,27 persen anak di Bangka Belitung pernah mengalami keluhan kesehatan pada sebulan terakhir. Hal ini tentu berkaitan dengan pemberian pola makan yang diterapkan. Pola makan yang kurang tepat tentu akan mempengaruhi gizi atau asupan makanan yang diterima oleh anak, yang nantinya akan berpengaruh buruk pada kesehatan anak.

Resiko Minum Susu Berlebih

Selain mengetahui bahwa susu bukan lagi penyempurna, ternyata konsumsi susu berlebih memiliki banyak resiko. Bukan berarti susu tidak penting bagi anak. Susu merupakan salah satu sumber protein bagi anak, tetapi konsumsi susu perlu untuk dibatasi. Masih banyak protein hewani lainnya selain susu.

Maraknya iklan susu di televisi nampaknya juga cukup berpengaruh pada pola pikir sebagian orangtua. Sebagian dari kita rela membayar mahal untuk produk susu sapi yang mayoritas impor dari luar negeri. Susu menjadi bagian dari daftar belanjaan yang wajib bagi orangtua. Padahal, sumber protein hewani lainnya begitu melimpah di dalam negeri.

Anak yang mengkonsumsi terlalu banyak susu akan berpotensi pada obesitas di masa depannya. Susu juga membuat anak cepat kenyang sehingga tidak ingin makan makanan yang lain. Padahal anak perlu mengkonsumsi beragam makanan untuk memenuhi seluruh kebutuhan gizinya. Terkadang orangtua tidak mau repot jika anaknya susah makan dan memilih susu sebagai gantinya. Berharap susu mampu memenuhi kebutuhan gizinya, padahal tidak.

Ketika susu diberikan secara berlebihan, tentunya akan terjadi peningkatan zat tertentu dan membuat kebutuhan gizi menjadi tidak seimbang. Akibatnya, akan mempengaruhi tumbuh kembang anak yang tidak optimal. Hingga saat ini, susu yang terbaik hanyalah Air Susu Ibu (ASI) dan itu hanya dibutuhkan untuk anak usia 0-2 tahun. Setelah usia 2 tahun, susu bukanlah kebutuhan utama lagi bagi anak. Anak harus mengkonsumsi makanan yang lebih beragam untuk pemenuhan gizinya.

Setiap orangtua tentu ingin anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik. Jadi, sebagai orangtua, ilmu juga perlu di-update, jangan hanya status facebook saja yang update. Mari belajar hidup sehat dengan mempedomani Pedoman Gizi Seimbang dan jadilah Orangtua Zaman Now!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *