Banyak ibu-ibu yang merasa tidak dapat memberikan ASI yang cukup bagi anak mereka. Sebagian dari mereka memilih susu formula (sufor) sebagai solusinya. Sangat disayangkan ketika ibu terburu-buru untuk memberikan sufor kepada anaknya, padahal sebenarnya ASI mereka masih dapat mencukupi. Misalnya ketika anak baru lahir. “Duh, anakku nangis terus nih, ASI-ku pasti kurang.” Lalu langsung diberi sufor. “Duh, ASI-ku dipompa cuma dikit, pasti kurang nih”. Lalu ditambah sufor. Padahal, lambung bayi baru lahir itu hanya sebesar kelereng. Dapat dibayangkan jika lambung sebesar kelereng, dengan beberapa tetes ASI saja mungkin sudah penuh.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2017 yang dilakukan Badan Pusat Satistik, rata-rata lama pemberian ASI pada anak di bawah 2 tahun di Bangka Belitung adalah 9,38 bulan. Angka ini menempati posisi terendah ke-3 dibandingkan provinsi lain di wilayah Sumatera, dan terendah ke-8 se-Indonesia. Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan Indonesia telah merekomendasikan pemberian ASI hingga anak usia minimal 2 tahun karena manfaat ASI yang sangat besar bagi tumbuh kembang anak.
ASI diciptakan oleh Tuhan dengan formula yang begitu luar biasa. Komposisi ASI selalu berubah-ubah sesuai kebutuhan bayi. Di malam hari, ASI cenderung berlemak untuk memberikan efek kenyang pada bayi. Di siang hari, ASI bersifat lebih encer untuk menghilangkan rasa haus pada bayi. Ketika anak sakit, ASI akan lebih banyak mengandung sel-sel atau kandungan yang dapat memerangi infeksi dan menyembuhkan penyakit anak. Bahkan ASI pada ibu yang sedang sakit akan mengasilkan antibodi untuk kekebalan tubuh anak sehingga anak terhindar dari penyakit. Kompisisi ASI juga akan terus berubah seiring dengan usia bayi yang terus bertambah, karena kebutuhan anak di setiap tahapan perkembangannya selalu berubah. Suhu pada ASI pun akan selalu sesuai dengan kebutuhan anak tanpa perlu kita ukur. Inilah mengapa ASI disebut sebagai “The Golden Liquid” yang tidak dapat diciptakan oleh manusia dan teknologi sehebat apapun. Hal ini tentu berbeda dengan sufor yang komposisinya stabil, tidak menyesuaikan kebutuhan anak.
Gimana caranya supaya ASI kita cukup?
Pada prinsipnya, produksi ASI adalah supply by demand, suplai ada karena adanya permintaan. Semakin banyak permintaan, akan semakin banyak pula produksi ASI. Semakin sering kita menyusui “dengan benar”, produksi ASI kita akan semakin bertambah. Ibu yang memberikan sufor kepada anaknya, artinya permintaan ASI pada payudara akan berkurang. Berkurangnya permintaan akan menyebabkan berkurangnya suplai/produksi. Jika terus berlanjut, produksi ASI akan terhenti. Menyusui bukanlah sekedar menyusui. Ada teknik yang benar yang perlu diterapkan dalam proses menyusui, bukan hanya sekedar menempelkan mulut anak ke payudara. Teknik menyusui yang tepat juga akan berpengaruh pada produksi ASI. Menyusui dengan posisi pelekatan (latch-on) yang tidak tepat akan membuat anak kesulitan mendapatkan ASI. ASI yang tidak mampu dihisap oleh anak secara maksimal akan membuat produksi ASI berkurang. Posisi pelekatan yang benar akan mendukung anak mampu menghisap ASI secara optimal sehingga produksi ASI akan terus meningkat.
Teknik pelekatan yang benar dalam menyusui adalah telinga, lengan atas, dan kaki anak berada pada satu garis lurus, serta perut bayi menghadap ke ibunya. Pastikan anak tidak hanya menghisap payudara bagian puting saja, tetapi juga memasukkan sebagian besar areola (lingkaran hitam di sekitar puting) ke dalam mulutnya, terutama areola bagian bawah. Dagu bayi dipastikan menempel pada payudara dan hidung jauh dari payudara. Posisi ini adalah posisi yang paling optimal agar anak mampu menghisap ASI dengan mudah. Selain itu, posisi ini juga akan membuat ibu merasa nyaman dan terhindar dari puting lecet. Puting yang lecet juga salah satu penyebab ibu menyerah dalam menyusui. Pelekatan yang tidak benar akan membuat anak rewel karena ia kesulitan dalam menghisap ASI, sehingga bisa jadi anak menangis bukan karena ASI kita yang kurang, tetapi cara menyusui kita yang belum benar.
Demi Generasi Yang Lebih Baik
Benar seperti yang dikatakan Dian Sastrowardoyo bahwa, “Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena mereka akan menjadi seorang ibu. Ibu yang cerdas akan melahirkan generasi yang cerdas”. Oleh karena itu, sebagai seorang wanita jangan pernah berhenti belajar. Belajar bagaimana cara menyusui yang benar juga merupakan salah satu bentuk belajar. Pada zaman digital seperti sekarang ini, banyak sekali sumber pengetahuan. Kita dapat memperoleh informasi dari google, facebook, instagram, seminar Whatsapp, dan lain-lain. Berdasarkan data SUSENAS 2017, sebanyak 76,20 persen penduduk di Bangka Belitung yang mengakses internet mengaku menggunakan internet untuk Media Sosial. Daripada media sosial hanya digunakan untuk mem-follow akun semacam lamb*tu*ah dan ikut menyebarkan hoax-hoax politik, lebih baik jika digunakan untuk mencari sumber informasi yang jauh lebih bermanfaat dan bergabung dengan grup online yang mendidik.
Di Bangka Belitung sendiri sudah terbentuk Asosiasi Ibu Memyusui Indonesia (AIMI) Babel yang akan membantu ibu-ibu yang merasa mengalami kesulitan dalam memberikan ASI untuk anaknya. Konselor laktasi dapat dipanggil ke rumah. Ibu yang telah berhenti menyusui pun dapat dibantu untuk melakukan relaktasi (menyusui kembali). Banyak sekali cara yang masih bisa kita usahakan untuk memberikan “hak” ASI kepada anak kita. Kuncinya adalah Mau Belajar dan Berusaha. Jadi, jangan ada kata cepat menyerah dan jadilah orangtua yang cerdas. Salam ASI, Anget Sehat Irit.