Tingkat Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi

Tidak dipungkiri lagi tutupnya PT. Kobatin sejak tahun 2013 menjadi pangkal utama melambatnya pertumbuhan ekonomi Bangka Tengah. Melemahnya perekonomian juga memicu meningkatnya pengangguran. Angka kemiskinan Bangka tengah pada tahun 2018 menurun dari 5,81 persen dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar 6,07 persen. Sedangkan tingkat penganguran pada kondisi Agustus 2018 meningkat dari 3,93 persen dibanding dengan periode Agustus 2017 sebesar 3,38 persen. Hal ini masih menjadi tanda tanya bagi pemerintah, mengapa terjadi ketidakselarasan antara angka kemiskinan dan penganguran?

Dengan tingkat pengangguran sebesar 3,38 persen pada tahun 2017 menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok masyarakat memiliki pekerjaan, namun pekerjaan yang mereka geluti berstatus sebagai pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar, dimana pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan masih tergolong kecil untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya. Lain halnya pada tahun 2018 tingkat pengangguran mengalami kenaikan karena mereka bekerja sebagai pekerja bebas baik disektor pertanian maupun disektor non pertanian sehingga akan menjadi pengangguran sementara ketika mereka sedang menunggu musim panen. Hal ini disebabkan kebanyakan lapangan pekerjaan di sektor pertanian saat musim panen lada dimana banyak orang menjadi pekerja musiman sebagai buruh pemetik lada.

Banyak faktor yang menyebabkan tingkat penganguran mengalami kenaikan. Pertama adalah menurunnya harga jual komoditas unggulan seperti lada, karet, dan sawit. Tercatat harga sawit terus mengalami penurunan hingga mencapai harga Rp. 650,- per kg. Sementara harga lada dan karet dikisaran angka Rp. 50.000,- dan Rp. 5.000,- per kg. Seperti yang kita ketahui bahwa sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menyerap tenaga kerja paling tinggi. Kondisi ini membuat petani berfikir dua kali untuk melanjutkan usaha disektor pertanian. Akibatnya, tingkat pengangguran menjadi meningkat.

Kedua adalah banyaknya ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pekerja bebas disektor pertanian yang bergantung dengan musim. Hal tersebut terlihat bahwa tingkat penganguran perempuan 6,96 persen pada tahun 2018 lebih besar daripada laki-laki 2,09 persen. Kedua faktor ini menjadi pemicu utama naiknya tingkat penganguran di Bangka Tengah.
Buruknya harga komoditas perkebunan Bangka Tengah sebenarnya tidak akan berlangsung lama, hal disebabkan pada Oktober 2018 harga komoditas sawit dunia mengalami kenaikan sehingga diproyeksikan jika pendapatan penduduk dan pertumbahan ekonomi ditahun 2019 akan mengalami peningkatan.

Berdasarkan data BPS pertumbuhan ekonomi ynag semakin membaik pada periode 2016-2017 namun tidak diikuti dengan jumlah penduduk miskin yang semakin meningkat. Menurut teori Kutnez pada fase awal suatu daerah berkembang akan mengalami perbaikan pertumbuhan ekonomi namun tidak diikuti dengan berkurang jumlah penduduk miskin, bahkan semakin bertambah. Hal ini disebabkan difase awal tersebut pertumbuhan ekonomi akan dinikmati oleh penduduk dengan penghasilan tinggi.

Jika kita lihat pada tahun 2018 kondisi perekonomian Bangka Tengah yang membaik diiringi dengan penurunan jumlah penduduk miskin sehingga dapat disimpulkan jika pertumbuhan ekonomi Bangka Tengah tahun 2018 akan memasuki fase kedua teori Kutnez tersebut yaitu pertumbuhan ekonomi yang membaik akan diikuti dengan berkurangnya jumlah penduduk miskin.
Pada fase kedua teori Kutnez ini terjadi kenaikan tingkat pengangguran, hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi memperbaiki pendapatan perkapita. Namun belum diimbangi dengan penambahan lapangan kerja. Sehingga salah satu solusi pemerintah untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yaitu pemerintah harus menyediakan lapangan pekerjaan yang layak dan mampu mengakomodir sumber daya manusia di Bangka Tengah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *