Pemerintah berencana untuk menggantikan ibukota negara dari Jakarta menjadi Ibukota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur yang diperkuat dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022. Namun, dengan kepindahan ibukota negara menyebabkan belanja pemerintah dan konsumsi rumah tangga di Jakarta menurun. Hal ini berdampak pada menurunnya permintaan terhadap barang dan jasa yang dapat menurunkan perekonomian Jakarta. Oleh karena itu, kontribusi sektor perdagangan sebagai leading sector untuk memperkuat perekonomian Jakarta sangat dibutuhkan. Lantas, mampukah sektor perdangan menopang perekonomian Jakarta usai kepindahan ibukota negara?
Peluang Menurunnya Perekonomian Jakarta Pasca Kepindahan Ibukota Negara
Institusite for Development of Economic and Finance menilai bahwa rencana pemindahan ibukota negara ke Kalimantan Timur dapat menurunkan perekonomian Jakarta. Pemindahan ibukota yang terjadi akan berdampak khusus terhadap perekonomian Jakarta dan beberapa provinsi di Jawa dan Sumatera yang memiliki keterkaitan ekonomi dalam hal supply barang dan jasa.
Jakarta merupakan daerah khusus dengan pengeluaran terbanyak senasional. BPS (2022) mencatat baik pengeluaran rumah tangga maupun pemerintah keduanya mengalami peningkatan pada tahun 2020-2021. Konsumsi rumah tangga meningkat sebanyak 78.438 ribu rupiah, dari sebelumnya 2,26 juta rupiah pada tahun 2020 menjadi 2,34 juta rupiah pada tahun 2021. Pengeluaran pemerintah juga mengalami peningkatan sebanyak 4.99 triliun rupiah, dari sebelumnya 77,48 triliun rupiah pada tahun 2020 menjadi 82,47 triliun rupiah pada tahun 2021.
Posisi Jakarta sebagai pusat pemerintahan, menjadikannya sebagai tempat terselenggaranya beragam kegiatan instansi pemerintahan. Jakarta menjadi tujuan utama bagi perusahaan, industri dan Lembaga keuangan internasional. Dengan sektor ekonomi yang beragam, termasuk perbankan, perdagangan, manufaktur, pariwisata dan jasa , Jakarta menjadi magnet bagi investasi dan lapangan kerja. Pada tahun 2021, Jakarta berkontribusi sebesar 12,14 persen terhadap investasi nasional. Meskipun, investasi di Jakarta menurun dari 66.217,8 juta US$ pada 2019 menjadi 58.038,8 juta US$ pada 2021, investasi modal asing di provinsi tersebut tetap menempati posisi tertinggi senasional selama periode tersebut (BPS, 2022). Dengan potensi perekonomian sebagai ibukota dan pusat bisnis Indonesia, perekonomian Jakarta menempati posisi teratas senasional. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang menunjukkan kondisi perekonomian Jakarta cenderung menunjukkan trend yang meningkat pada 2017 hingga 2021. PDRB Jakarta pada 2017 mencapai 1635,36 triliun rupiah meningkat menjadi 1856,30 triliun rupiah pada tahun 2021. PDRB Jakarta selalu menempati posisi tertinggi selama kurun waktu tersebut.
Prestasi perekonomian Jakarta yang sangat baik didukung oleh backgroundnya sebagai ibukota dan pusat bisnis Indonesia. Namun sangat disayangkan, pemindahan ibukota negara dari Jakarta ke Kaliman Timur nantinya akan berdampak terhadap menurunnya perekonomian Jakarta. Oleh karena itu, kontribusi leading sector untuk menopang perekonomian Jakarta pasca kepindahan ibukota negara sangat diperlukan.
Sektor Perdagangan, Leading Sector Perekonomian Jakarta
Masih terngiang di ingatan, masa Pandemi Covid-19 yang berhasil meluluhlantakkan perekonomian Indonesia. Pandemi yang terjadi pada Maret 2020 menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat. Bahkan, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi hingga minus 0,74 persen pada triwulan I 2021 (BPS, 2021).
Jakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang ikut terdampak pandemi. Pada triwulan dua 2020, pertumbuhan ekonomi Jakarta turut terkontraksi minus 8,22 persen. Laju pertumbuhan ekonomi Jakarta tersebut tercatat terendah dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Pada saat pandemi tersebut, sektor perdagangan tetap mampu memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian Jakarta dengan kontribusi sebesar 16,34 persen (BPS, 2022). Bahkan, sektor perdagangan mampu menyerap tenaga kerja dengan jumlah lebih banyak dibandingkan sektor lainnya saat pandemi. Pada Agustus 2020, distribusi penduduk yang bekerja pada sektor perdagangan meningkat 1,31 persen dibandingkan Agustus 2019 (year on year). Bahkan perubahan sektor perdagangan tersebut merupakan yang terbesar dibandingkan 16 sektor ekonomi lainnya di Jakarta (BPS, 2022).
Sektor perdagangan nyatanya merupakan pilar perekonomian Jakarta. Sektor perdagangan mampu memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian Jakarta dari awal pandemi hingga tahun 2023. Pada awal pandemi, sektor perdagangan telah berkontribusi sebesar 16,53 persen terhadap perekonomian Jakarta. Besarnya kontribusi sektor perdagangan lebih besar dibandingkan sektor industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi serta konstruksi yang turut berkontribusi cukup besar terhadap perekonomian Jakarta. Ketiga sektor tersebut hanya memberikan kontribusi sekitar 10-11 persen. Grafik 1 menunjukkan kontribusi sektor perdagangan yang konsisten memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian Jakarta hingga triwulan II 2023.
Selain menjadi leading sector perekonomian Jakarta, sektor perdagangan juga menyerap tenaga kerja terbanyak di Jakarta. Dari sekian banyaknya lapangan usaha, perdagangan menjadi tumpuan utama pendapatan penduduk Jakarta. Berdasarkan proporsi pekerja menurut lapangan pekerjaan, pekerja di Jakarta paling banyak bekerja di sektor perdagangan dengan persentase sebesar 22,89 persen pada Februari 2023. Sektor perdagangan juga tercatat sebagai sektor dengan proporsi tenaga kerja terbanyak tahun sebelumnya yaitu sebesar 24,16 persen pada Agustus 2022 (BPS, 2022). Banyaknya tenaga kerja di sektor perdagangan juga tentunya berbanding lurus dengan produksi yang dihasilkan, yang secara tidak langsung menyebabkan perekonomian Jakarta mengalami peningkatan.
Potensi sektor perdagangan dalam menopang perekonomian sejalan dengan keberadaan Jakarta sebagai pusat perdagangan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pasar rakyat mendominasi pusat perdagangan di Jakarta pada 2020 yaitu sebanyak 208 unit. Bahkan, sebanyak 46 persen pasar rakyat tersebut telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Tidak hanya pasar tradisional, puluhan mall dan pusat perdagangan (trade center) juga terhitung banyak dengan jumlah mencapai 96 unit (BPS, 2020).
Sektor perdagangan merupakan pilar perekonomian Jakarta. Namun, dengan adanya kepindahan ibukota negara, perekonomian Jakarta berpotensi menurun. Oleh karena itu, kinerja sektor perdagangan perlu dioptimalkan untuk memperkuat perekonomian Jakarta pasca kepindahan ibukota negara.
Digitalisasi Sektor Perdagangan, Upaya Untuk Memperkuat Perekonomian Jakarta
Digitalisasi sektor perdagangan merupakan salah satu upaya untuk memaksimalkan potensi sektor perdagangan dalam memperkuat perekonomian Jakarta. Dengan dibangunnya platform digital, pemasaran barang bisa dikembangkan hingga pasar internasional, termasuk pelaku usaha besar juga dapat membuka gerai di luar negeri. Secara langsung, hal ini akan meningkatkan volume usaha serta mendatangkan keuntungan bagi pengusaha. Dengan dipasarkannya produk lokal Jakarta di pasar internasional, dapat menambah jumlah devisa yang dimiki Indonesia dan mengangkat nama ibukota Jakarta di tingkat internasional. Namun, dalam pelaksanaannya, diperlukan dukungan Pemerintah untuk menyosialisasikan dan mendorong program digitalisasi sektor perdagangan, khususnya pasar tradisional yang acapkali belum mengenal istilah “digitalisasi”. Semoga hal ini bisa menjadi langkah awal yang baik untuk memperkuat sektor perdagangan di Jakarta pasca kepindahan ibukota negara nantinya.(*)
diterbitkan di Bangka Pos, 2 Januari 2024
https://bangka.tribunnews.com/2024/01/02/optimalisasi-sektor-perdagangan-di-jakarta-pascakepindahan-ibu-kota-negara